Bisnis Lesu, Xerox PHK 3.450 Karyawan pada Kuartal I 2024
Ini merupakan upaya lain Xerox mengalihkan bisnis fotokopi.
Jakarta, FORTUNE - Produsen mesin fotokopi, Xerox akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 15 persen tenaga kerjanya sebagai bagian dari restrukturisasi. Langkah ini merupakan upaya terbaru perusahaan untuk mengalihkan fokus Bisnisnya dari bisnis fotokopinya yang ikonik.
Dikutip dari New York Times, dalam keterangan resminya, perusahaan mengatakan akan mengurangi staf globalnya, yang berjumlah sekitar 23,000 karyawan per 2022 dan menunjuk tim kepemimpinan baru. PHK diperkirakan akan terjadi pada kuartal pertama 2024.
Saham perseroan anjlok lebih dari 12 persen setelah kabar PHK diumumkan. Padahal, harga sahamnya terus meningkat dalam setahun terakhir, sebagian karena Xerox menghemat miliaran dolar setelah memulai program pemangkasan biaya pada 2018. Perusahaan ini melaporkan penurunan pendapatan sekitar 6 persen pada kuartal ketiga 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Xerox didirikan pada tahun 1906 sebagai Perusahaan Haloid. Setelah dikenal terutama sebagai pembuat mesin fotokopi sepanjang abad ke-20 dan menghadapi tekanan dari pesaing Jepang seperti Canon. Perusahaan ini pun sempat beralih fokus ke jasa keuangan, seperti asuransi dan real estate.
Namun, strategi tersebut seperti bumerang hingga akhirnya Xenon menjual divisi tersebut pada medio 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir, Xerox kesulitan menyesuaikan diri dengan era digital seiring menurunnya permintaan tinta dan dokumen cetak.
Strategi yang tak menguntungkan
Transisi terjadi secara tiba-tiba, dengan serangkaian langkah yang tidak menghasilkan keuntungan. Di bawah kepemimpinan Ursula Burns, mantan kepala eksekutif Xerox, perusahaan ini melakukan sejumlah upaya meningkatkan layanan bisnis, membantu klien menyederhanakan aliran dokumen di sumber daya manusia dan layanan kesehatan serta menangani sistem pembayaran.
Pada 2010, perusahaan mengakuisisi Affiliated Computer Services, yang menjalankan layanan pembayaran komputer untuk tol jalan raya E-ZPass, senilai US$6,4 miliar.
Namun Xerox menjual bisnis outsourcing teknologi informasinya senilai lebih dari US$1 miliar pada 2014, dan persaingan dari Tiongkok dalam produksi pembuat klon kartrid menggerus keuntungn perusahaan. Xerox juga telah memulai terobosan dalam pencetakan 3-D, namun unit bisnis tersebut juga dijual pada Agustus 2023.
Lalu, pada 2018 perusahaan mengumumkan merger dengan Fujifilm, perusahaan konglomerasi asal Jepang. Penggabungan tersebut dibatalkan kurang dari tiga bulan kemudian setelah aktivis pemegang saham, terutama Carl Icahn, memprotes tindakan tersebut karena menilai terlalu rendah Xerox. Pada 2019, Xerox berupaya mengakuisisi HP, namun kesepakatan tersebut juga dibatalkan setelah HP menolaknya, dengan alasan kekhawatiran atas kesehatan keuangan Xerox.