PGE Jajaki Kerja Sama dengan Perusahaan Jepang Bisnis Energi Hijau
Potensi energi panas bumi RI terbesar kedua dunia.
Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) tengah menjajaki peluang bisnis energi hijau dengan sejumlah perusahaan di Jepang. Hal ini seiring dengan potensi energi panas bumi Indonesia yang merupakan terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS).
Panas bumi, bisa menjadi sumber energi yang bersifat ramah lingkungan dan stabil yang dapat menjadi base load (beban dasar) sustainable di masa mendatang.
“PGE sebagai pemimpin di sektor panas bumi akan terus berupaya mengembangkan potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, kolaborasi dengan sejumlah pihak sangat penting untuk dilakukan,” ujar Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto dalam keterangannya, Kamis (25/5).
Agar bisa menggandeng calon mitra, manajemen melakukan sejumlah cara salah satunya menghadiri acara Indonesia-Japan Corporations Exclusive Business Matching Event yang digelar di Tokyo, Jepang, pada 22 Mei 2023.
Ahmad mengatakan, kegiatan ini sangat strategis untuk membuka peluang kerjasama antara perusahaan Jepang dan Indonesia dalam menciptakan sinergi positif bagi kedua belah pihak.
“Tentunya kehadiran PGE pada forum Business Matching yang diadakan oleh otoritas Bursa Efek Indonesia (IDX) ini menjadi tanda bahwa usaha yang kami kembangkan memiliki potensi market besar di mata investor asing, khususnya negara-negara yang sudah sangat menaruh perhatian besar bagi pengembangkan energi bersih,” ujarnya.
Sebelumnya, Pertamina Geothermal menerbitykan obligasi berwawasan hijau (green bond), senilai US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun. Obligasi ini diminati investor asing dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali.
Ahmad mengatakan, hal ini menjadi sinyal positif untuk dapat melibatkan lebih banyak. Dengan meningkatnya kesadaran global untuk memanfaatkan energi hijau, PGEO menjadi salah satu pelaku usaha strategis dari Indonesia.
Adapun, dana yang didapat dari peneribitan obligasi tersebut digunakan perseroan untuk membiayai kembali (refinancing) proyek-proyek pengembangan sumber daya geothermal untuk penyediaan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Nelwin Aldriansyah mengungkapkan, green bond PGE menjadi obligasi premium di secondary market yang tercatat di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) atau Bursa Efek di Singapura. Bunga yang didapatkan green bond PGE dinilai cukup kompetitif, yakni sebesar 5,15 persen. Persentase tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek bisnis PGE.
"Antusiasme yang tinggi ini juga semakin mengukuhkan komitmen kami dalam mengembangkan potensi energi hijau di Indonesia," kata Nelwin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (23/5).