Bio Farma Siap Produksi 20 Juta Dosis Vaksin IndoVac Untuk Covid-19
Bio Farma juga mengajukan sertifikasi kehalalan IndoVac.
Jakarta, FORTUNE - PT Bio Farma (Persero) menyatakan siap memproduksi maksimal 20 juta dosis vaksin IndoVac. Jumlah tersebut dapat dinaikkan menjadi 40 juta dosis per 2023 dengan penambahan fasilitas produksi. Izin penggunaan darurat (EUA) IndoVac akan dirilis Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sekitar pertengahan September 2022.
"Kemudian IndoVac bisa digunakan untuk vaksinasi individu berusia 18 tahun ke atas secara massal. Di sisi lain, secara paralel, Bio Farma sudah memulai uji klinis untuk vaksin lanjutan (booster) sejak 1 September 2022. Kami sudah mendapatkan PPUK (Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis) dari BPOM untuk uji klinis vaksin IndoVac booster," kata Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, dalam keterangannya, Kamis (8/9).
Selanjutnya, Bio Farma akan melakukan uji klinis vaksin IndoVac untuk anak-anak setelah mendapatkan PPUK dari BPOM.
Apabila kebutuhan dan permintaan vaksin IndoVac terus meningkat, kata Honesti, perusahaan dapat meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 100 juta per tahun pada 2024.
Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine (BCM) Amerika Serikat yang menyediakan bibit (seed) untuk mengembangkan vaksin IndoVac. Pengembangan vaksin ini telah dilakukan sejak November 2021. Vaksin Covid-19 ini memiliki platform protein rekombinan sub-unit berbasis ragi (yeast based).
Dengan teknologi vaksin tersebut, vaksin dapat diadaptasi ke varian (strain) baru Covid-19, kata Honesti.
Saat ini IndoVac telah melakukan uji klinis fase I dan II, serta dalam proses uji klinis fase III untuk usia 18 tahun ke atas. "Untuk uji klinis fase III, kami sedang menyelesaikan laporannya,” ujarnya.
Bio Farma ajukan sertifikasi kehalalan IndoVac
Pada saat yang sama, Bio Farma juga mengajukan sertifikasi kehalalan IndoVac agar menjamin rasa aman masyarakat Indonesia. Vaksin Covid-19 BUMN ini telah melewati audit aspek kehalalan dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), dan diharapkan sertifikasi itu dapat segera terbit.
Selain itu, Bio Farma telah mendaftarkan nama vaksin IndoVac ke Ditjen Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM pada 29 Juli 2022. Nama vaksin produksi Bio Farma, IndoVac, diberikan oleh Presiden Joko Widodo.
“Saat ini masih dalam tahap pengumuman. Jika tidak ada keberatan dari pihak lainnya, maka proses ke tahap berikutnya sampai keluar sertifikat merek IndoVac sebagai paten Bio Farma dari Kementerian Hukum dan HAM,” ujarnya.
Vaksin Covid-19 produksi dalam negeri
Honesti menjelaskan IndoVac memiliki keistimewaaan dibandingkan dengan vaksin Covid-19 lainnya, karena dikembangkan dan diproduksi dari hulu ke hilir oleh Bio Farma. Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) vaksin IndoVac berdasarkan self-assessment sekitar 80 persen.
"Dengan TKDN sebesar itu kita berharap dapat mengurangi ketergantungan pada vaksin impor. Pada akhirnya hal itu akan berdampak positif dalam penghematan devisa negara,” kata Honesti.
TKDN yang tinggi juga berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia, karena terjadinya penyerapan tenaga kerja lokal, penggunaan bahan baku lokal, dengan riset dan pengembangan (R&D) anak-anak bangsa. Bahkan, dalam jangka panjang, pasar ekspor vaksin juga menjadi tujuan Bio Farma.
“Peluang ekspor IndoVac terbuka lebar. Kami juga telah mendaftarkan emergency use listing (EUL) ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin ini nantinya bisa digunakan di negara-negara lain melalui mekanisme dukungan Covax Facility (multilateral). Melalui vaksin Covid-19, Bio Farma berharap dapat berkontribusi dalam mendukung kesehatan dunia, tidak hanya di Indonesia,” ujarnya.