Investasi Properti Komersial di Asia Pasifik Naik, Jepang Paling Aktif
Kenaikan ini merupakan kali kedua secara tahunan.
Fortune Recap
- Investasi properti di Asia Pasifik tumbuh 13 persen secara tahunan pada Q1-2024.
- Asia Utara memimpin pertumbuhan investasi dengan Jepang sebagai pasar paling aktif di wilayah tersebut.
- Pembeli domestik berfokus pada aset inti, sementara investor asing tertarik pada investasi oportunistik pada sektor perkantoran, logistik, dan industri di Jepang.
Jakarta, FORTUNE – Konsultan Properti Jones Lang LaSalle (JLL) melaporkan bahwa Investasi properti di wilayah Asia Pasifik tumbuh 13 persen secara tahunan pada kuartal pertama 2024.
Hal tersebut menandai adanya kenaikan untuk kali kedua secara tahunan setelah penurunan yang terjadi dalam tujuh kuartal berturut-turut.
CEO Asia Pacific Capital Markets JLL, Stuart Crow, mengatakan Asia Pasifik menjadi satu-satunya wilayah di seluruh dunia yang mengalami pertumbuhan investasi real estat komersial pada kuartal pertama tahun ini dengan volume investasi US$30,5 miliar.
“Peningkatan volume investasi terjadi di tengah investor global melakukan akuisisi besar-besaran, sementara investor institusional terus mengerahkan modalnya,” kata Stuart dalam keterangannya yang dikutip Selasa (30/4).
Asia Utara memimpin pertumbuhan di kawasan ini dengan Jepang sebagai pasar paling aktif di Asia Pasifik melalui nvestasi US$11,5 miliar. Capaian itu merupakan peningkatan hingga 29 persen secara tahunan sepanjang kuartal tersebut.
Pembeli domestik berfokus pada aset inti di Jepang, sementara modal asing menunjukkan minat pada investasi oportunistik.
Investor luar negeri tetap tertarik pada Jepang via akuisisi besar-besaran yang dilakukan pada sektor perkantoran, logistik, dan industri, karena kondisi keuangannya yang longgar, spread imbal hasil yang positif, dan pelemahan mata uang.
Korea Selatan dan Singapura juga bertumbuh
Sementara itu, Korea Selatan menjaring investasi senilai US$4,3 miliar atau meningkat 73 persen secara tahunan. Sektor perkantoran mendominasi investasi berkat fondasi yang stabil, tingkat ketidakterisian yang rendah, dan permintaan sewa yang kuat.
Selanjutnya, Singapura mencetak investasi US$2,2 miliar atau tumbuh 14 persen secara tahunan berkat alokasi modal ke aset-aset ritel yang memiliki prospek sewa positif dan sebaran hasil investasi yang menguntungkan.
"Kuartal pertama mencerminkan berlanjutnya minat para investor di tengah fondasi ekonomi Asia Pasifik yang kuat dan peluang harga yang menarik di pasar serta kelas aset yang beragam. Kami melihat meningkatnya minat dari investor lokal maupun luar negeri terhadap berbagai profil risiko," ujar Stuart.
Khususnya dalam konteks sektor perkantoran di seluruh kawasan Asia Pasifik, bisnis ruang perkantoran masih menunjukkan aktivitas yang tinggi, meskipun terjadi penurunan investasi sebesar 1 persen setiap tahunnya menjadi US$12,6 miliar.
Di samping itu, sektor-sektor lintas batas seperti logistik dan industri, ritel, serta hunian, mengalami pertumbuhan tahunan meskipun terdapat ketidakpastian harga yang memoderasi pertumbuhan aktivitas lintas batas.
Negara-negara yang mengalami penurunan
Beberapa negara kunci di kawasan ini juga mengalami penurunan volume investasi, seperti Australia sebesar US$3,0 miliar, Cina US$5,6 miliar, dan Hong Kong US$0,7 miliar.
Pada tahun sebelumnya, Australia dan Cina mengalami penurunan 19 persen per tahun, sementara Hong Kong mengalami penurunan 54 persen.
"Ketidakpastian suku bunga terus memengaruhi aktivitas investasi di Asia Pasifik, tetapi kami mulai melihat pemulihan pada tahun 2024 dan pasar menyesuaikan kembali ekspektasi mereka," kata Head of Investor Intelligence JLL Asia Pasifik, Pamela Ambler.
Selain itu, sentimen terus dipengaruhi oleh perekonomian AS yang kuat meskipun suku bunga dasarnya tinggi, yang berarti penurunan suku bunga mungkin belum akan terjadi dalam waktu dekat.
"Ke depannya, kami berharap aktivitas investasi akan terus menguat seiring repricing dalam perdagangan, dan investor menyesuaikan kembali portofolio dan strategi mereka dengan tingkat suku bunga saat ini," ujarnya.