Laba Antam pada 2021 Tumbuh 62 Persen Menjadi Rp1,86 Triliun
Emas dan nikel kontributor utama pendapatan Antam.
Jakarta, FORTUNE - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengumumkan capaian kinerja operasional dan keuangan perusahaan yang positif sepanjang 2021.
Berdasarkan laporan keuangannya, perfoma perseroan secara umum tecermin dari capaian Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) Rp5,71 triliun, tumbuh 79 persen ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai Rp3,19 triliun.
Laba bersih 2021 mencapai Rp1,86 triliun atau tumbuh 62 persen dibandingkan periode sama 2020 yang sebesar Rp1,15 triliun.
“Pencapaian kinerja positif tersebut tidak terlepas dari upaya ANTM untuk terus melakukan inovasi dalam bidang produksi dan penjualan dengan fokus pada peningkatan nilai tambah produk, optimalisasi tingkat produksi dan penjualan serta implementasi kebijakan strategis dalam pengelolaan biaya yang tepat dan efisien,” kata Corporate Secretary ANTM, Yulan Kustiyan, dalam keterangannya, Rabu (16/3).
Tahun lalu ANTAM berfokus pada strategi untuk mengembangkan basis pelanggan di dalam negeri, terutama pemasaran produk emas dan bijih nikel. Penjualan bersih domestik menjadi penyumbang dominan dengan Rp29,86 triliun atau 78 persen dari total penjualan bersihnya.
Kontribusi emas
Produk emas menjadi kontributor terbesar penjualan dengan proporsi 67 persen terhadap total penjualan ANTAM yang nilainya Rp25,94 triliun. Secara tahunan, nilai penjualan emas ANTAM tahun lalu tumbuh 34 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang Rp19,36 triliun.
Pertumbuhan tersebut sejalan dengan kenaikan volume penjualan mencapai 29,38 ton, naik 33 persen secara tahunan dari 2020 yang mencapai 22,10 ton.
Kontribusi nikel ke perseroan
Penjualan feronikel merupakan kontributor terbesar kedua penjualan ANTAM pada Rp6,36 triliun atau 17 persen dari total penjualan konsolidasian. Volume produksi dan penjualan produk feronikel ANTAM pada 2021 terjaga pada tingkat yang optimal pada 25.818 ton nikel dalam feronikel (TNi) dan 25.992 TNi.
Untuk bijih nikel, sejalan dengan upaya peningkatan kapasitas produksi tambang, perusahaan membentuk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Konawe Utara pada 2021.
Sepanjang tahun lalu, volume produksi bijih nikel konsolidasian ANTAM mencapai 11,01 juta wet metric ton (wmt), tumbuh 131 persen secara tahunan dari tingkat produksi 2020 yang sebesar 4,76 juta wmt. Produksi bijih nikel ANTAM diperuntukan sebagai bahan baku pabrik feronikel perusahaan tersebut, serta penjualan kepada pelanggan di pasar domestik.
Capaian penjualan bijih nikel ANTAM pada 2021 adalah Rp4,38 trilun, tumbuh 135 persen dari nilai penjualan 2020 yang sebesar Rp1,87 triliun.
Pada 2021, segmen nikel mencatatkan laba usaha segmen sebesar Rp4,33 triliun, tumbuh 95 persen dibandingkan laba usaha segmen pada 2020 yang sebesar Rp2,22 triliun.
Proyek hilirisasi perseroan
ANTAM terus melanjutkan penyelesaian proyek pembangunan pabrik feronikel berkapasitas 13.500 TNi per tahun di Halmahera Timur beserta dengan infrastruktur pendukung pabrik yang telah memasuki fase konstruksi. Kemajuan konstruksi fisik pembangunan pabrik telah mencapai 98,18 persen pada akhir 2021.
Pada Februari 2022, ANTAM dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) telah menandatangani Pokok-Pokok Kerjasama terkait pengadaan pasokan listrik Smelter Feronikel Haltim di Maluku Utara yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik pada Maret 2022.
Melalui sinergi ini, pasokan tenaga listrik rencananya akan dilaksanakan secara bertahap oleh PLN dalam periode 12 bulan ke depan.
Dalam mengembangkan hilirisasi bauksit, saat ini perusahaan terus berfokus membangun pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikembangkan bersama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dengan kapasitas pengolahan 1 juta ton SGAR per tahun.