Pemerintah Akan Naikkan Kuota Ekspor CPO Bagi Pengusaha
Pemerintah berikan relaksasi ekspor bagi yang patuh DMO.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan kementeriannya akan memberikan relaksasi kuota ekspor guna mengatasi penurunan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di dalam negeri. Kebijakan terbaru ini memungkinkan perusahaan untuk mengekspor CPO tujuh kali lebih banyak dari kewajiban pasokan domestik (DMO) yang sudah disetorkan.
Hal ini diharapkan dapat mempercepat ekspor.
“Nanti dengan menaikkan skema kalau kemarin DMO 1:5 sekarang 1:7,” kata Zulkifli saat ditemui di Pasar Ciracas, Jakarta, Selasa (7/5).
Selain memberikan insentif DMO, pemerintah juga akan memberikan penambahan ekspor bagi pengusaha sawit yang mendukung program minyak curah kemasan atau Minyakita. “Kalau dia kemas pake kemasan itu kita tinggikan lagi 1:1, dengan begitu ekspor CPO akan lancar,” ujarnya.
Kementerian memutuskan memperbesar keran ekspor untuk mengosongkan tangki pasokan TBS. Melalui aturan baru tersebut, ia berharap pabrik-pabrik pengolah produk sawit akan lebih banyak menyerap buah sawit dari petani, sehingga nilainya perlahan meningkat.
Wajibkan beli TBS petani sesuai harga ketentuan
Pemerintah telah mewajibkan para pengusaha untuk membeli TBS seharga Rp1.600 per kilogram. Dengan percepatan ekspor tersebut, Zulkifli berharap tangki CPO bisa kosong, dan harga TBS bisa kembali stabil.
“Kita harapkan harga akan ketemu Rp2000, Rp2500, sampai Rp3000 per kilogram,” ujarnya.
Harga minyak goreng curah sudah terkendali
Dia mengatakan minyak goreng curah di wilayah Jawa-Bali sudah berada di harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter.
"Jawa-Bali hari ini tanggal 5 bulan Juli, paling tinggi Rp14.000 bahkan ada yang berani pakai kemasan jualnya tetap Rp14.000. Artinya Jawa-Bali sudah aman, baik harga, stok, dan persediaan. Semua terjangkau, orang tidak berebut lagi karena rata-rata sudah Rp14.000 baik yang curah pakai plastik ataupun dikemas," ujarnya.
Kendati demikian, ia menyebut, masih ada beberapa tempat yang harganya masih mencapai Rp15.000 atau lebih seperti Papua, yang rata-rata mematok Rp20.000. Dia mengatakan minyak goreng curah di wilayah Papua dan Maluku masih tinggi karena mahalnya ongkos logistik.
“Apalagi minyak ini kan berat ya. Jadi, memang masalah logistik untuk Papua dan Maluku belum bisa kami atasi," ujar Zulkifli.
Untuk mengatasi hal tersebut, Zulkifli mengatakan akan mengupayakan minyak goreng curah dengan kemasan sederhana agar proses pengirimannya bisa lebih mudah. Namun, ia memastikan bahwa untuk wilayah Jawa, Bali, dan sebagian Sumatra harga minyak goreng curahnya Rp14.000.