BUSINESS

Skema Power Wheeling Disebut Dapat Dongkrak Bauran EBT

Power wheeling kunci untuk meningkatkan kontribusi EBT.

Skema Power Wheeling Disebut Dapat Dongkrak Bauran EBTPT PLN (Persero) berkomitmen menghadirkan listrik andal untuk operasional pabrik baterai anoda lithium yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu (07/08) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Jawa Tengah. (Dok. PLN)
18 November 2024

Fortune Recap

  • Wakil Ketua Komisi XII DPR menegaskan pentingnya power wheeling untuk meningkatkan kontribusi EBT dalam bauran energi nasional.
  • PLN dianggap enggan menerima perubahan ini karena khawatir kehilangan monopoli, namun jika diterapkan kontribusi EBT dapat meningkat signifikan.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Skema Power Wheeling, mekanisme yang memungkinkan pihak swasta menggunakan jaringan listrik milik PLN untuk menyalurkan energi baru terbarukan (EBT) langsung kepada pelanggan, menjadi perdebatan panas dalam upaya mendorong bauran EBT di Indonesia.

Meski dinilai dapat mempercepat transisi energi, penerapan skema ini menghadapi tantangan dari berbagai pihak, termasuk PLN.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi XII DPR, Sugeng Suparwoto, dalam diskusi bertajuk "Menggali Sektor Kunci Investasi Berkelanjutan di Indonesia".

Dia menegaskan bahwa power wheeling adalah kunci untuk meningkatkan kontribusi EBT dalam bauran energi nasional, sebab “tanpa power wheeling," katanya, "hampir mustahil energi terbarukan bisa naik."

Sugeng menjelaskan saat ini PLN memonopoli distribusi listrik. Produsen listrik swasta alias independent power producer (IPP) harus menjual listriknya ke PLN, yang kemudian menyalurkan ke pelanggan. Harga listrik PLN, yang berbasis pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara bersubsidi, membuat energi terbarukan sulit bersaing.

“Seharusnya dengan power wheeling, pihak swasta yang membutuhkan energi hijau bisa langsung membeli yang memproduksi energi terbarukan. PLN hanya berperan sebagai penyedia jaringan atau toll fee,” kata Sugeng.

Meski konsep ini diterapkan di berbagai negara, PLN dianggap masih enggan menerima perubahan ini. Sugeng menilai PLN khawatir kehilangan monopoli, sehingga berpotensi menghambat diversifikasi energi.

“PLN terus mempertahankan monopoli dan menggunakan alasan ekonomi untuk menolak power wheeling. Ini harus diubah,” katanya.

Jika power wheeling diterapkan, Sugeng optimistis bauran energi terbarukan dapat meningkat signifikan. Saat ini, kontribusi EBT dalam bauran energi baru mencapai 14 persen, jauh dari target 23 persen pada 2025.

“Dengan skema ini, pemain EBT bisa langsung terhubung dengan konsumen yang membutuhkan. Ini membuka peluang besar untuk mencapai target energi bersih yang telah dicanangkan,” ujarnya.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.