PIS Nyatakan Kesiapan Menjadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS
Perseroan siap menjangkau potensi pasar Asia!
Jerman, FORTUNE - CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia. Salah satunya dengan mendukung implementasi carbon capture and storage (CCS) terutama di sektor penyimpanan dan pengangkutan karbon.
Adapun strategi dan inisiatif ini diungkap oleh Yoki di forum internasional Hannover Messe 2024. Acara ini merupakan pameran industri kenamaan di Jerman dan berlangsung pada 21 April hingga 26 April 2024.
PIS menjadi salah satu delegasi Indonesia yang berkesempatan menjadi pembicara di paviliun Indonesia, yang digagas oleh Kementerian Perindustrian. Topik yang diangkat adalah “Decarbonizing Industry Trough Carbon Capture and Storage”. Turut hadir di paviliun tersebut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam peresmian paviliun Indonesia, dan juga Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.
“Pertamina International Shipping hadir disini untuk menekankan fokusnya ke carbon capture and storage. Jadi di kesempatan ini, kami sharing apa yang akan kami lakukan kaitannya dengan hal tersebut. Kontribusi apa yang akan kami lakukan, dan juga bagaimana kami bekerjasama dengan berbagai macam pihak untuk melakukan study, piloting, dan lain-lain, termasuk beberapa potential partner,” ujar Yoki.
CCS merupakan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon untuk membantu upaya pengurangan emisi karbon dunia. Yoki menjelaskan bahwa peran PIS dalam proses CCS adalah menyediakan rantai transportasi, seperti kapal, tangki, dan storage untuk mengangkut karbon sebelum dibawa ke lokasi penyimpanan.
Terkait penerapan CCS, Indonesia sudah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon. Aturan tersebut juga menyebutkan potensi program secara cross border.
“PIS dalam hal ini juga mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dari pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi untuk menjadi agregator transportasi dan juga logistik sistemnya,” ujar Yoki
Dengan armada kapal dan pengelolaan pelabuhan serta terminal yang berada di Indonesia, PIS meyakini fasilitas-fasilitas tersebut bisa memenuhi kualifikasi untuk mendukung pelaksanaan program CCS, yang saat ini juga sudah berjalan di Pertamina Group.
PIS juga sudah melakukan studi terkait program CCS yang telah berjalan di dunia selama ini ketika Amerika Serikat dan Eropa sudah menjalankan skema ini lebih awal. Sementara untuk kawasan regional Asia, potensi market terdekat berada di Singapura, lalu menyusul Jepang dan Korea yang sudah bersiap melakukan pajak karbon dan memerlukan lokasi penyimpanan karbon.
“Potensinya besar sekali, jadi kalau misal dari Singapura perlu diambil maka harus tersedia kapal yang dibangun untuk mengangkut khusus CO2 untuk dibawa ke lokasi injeksi dan penyimpanan karbon. Potensi dan tantangan inilah yang perlu kita upayakan seoptimal mungkin, agar program CCS ini bisa berjalan efektif,” tutup Yoki. (WEB)