Antam Bakal Beli 30-50 Ton Emas dari Smelter Baru Freeport
Smelter PTFI ditargetkan beroperasi Mei 2024.
Jakarta, FORTUNE - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan perusahaannya akan menjual 30-50 ton emas yang diproduksi dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga baru perusahaannya di Gresik, Jawa Timur.
Emas itu berasal dari lumpur anoda sisa pengolahan bijih tembaga yang selama ini belum bisa dimanfaatkan dan terus diekspor. Setelah smelter baru beroperasi, lumpur tersebut bisa diproses kembali dan menghasilkan mineral berharga seperti emas dan perak.
"Kalau untuk produknya, offtaker (pembeli) untuk emas direncanakan Antam yang akan beli. Jadi, emas kita yang akan diproduksikan 30-50 ton per tahun akan di-offtake oleh Antam," ujar Tony dalam rapat kerja di Komisi VI DPR, kemarin (11/9).
Selain lumpur anoda, smelter baru PTFI di Gresik juga akan menghasilkan slag dan sulfur acid atau asam sulfat. Rencananya produk tersebut juga akan diserap oleh badan usaha milik negara (BUMN).
"Asam sulfat akan di-offtake oleh Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia. Sementara untuk slag tembaga akan diambil oleh Semen Gresik dan Semen Indonesia," jelasnya.
Tony menuturkan, progres pembangunan smelter di Gresik hingga 2022 ini ditargetkan mencapai 50 persen, dengan total serapan investasi mencapai US$1,5 miliar—sekitar Rp22,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.900)—dari total investasi hingga akhir sebesar US$3 miliar atau sekitar Rp45 triliun.
Proyek smelter yang bisa mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga ini ditargetkan tuntas di Desember 2023, lalu dilanjutkan dengan uji coba atau commissioning, sehingga ditargetkan bisa mulai memproduksi emas pada Mei 2024.
Setelah beroperasi, smelter tersebut akan menambah produksi katoda tembaga di dalam negeri menjadi 500-600 ribu ton per tahun. Saat ini produksi katoda tembaga domestik, yang diproduksi PT Smelting—usaha patungan PTFI dengan Mitshubishi Corporation—hanya sebesar 300 ribu ton per tahun.
Meski demikian, Tony punya kekhawatiran seluruh produksi katoda tembaga itu tak bisa diserap industri dalam negeri. Sebab, produksi PT Smelting saja saat ini baru bisa diserap 150 ribu ton oleh industri nasional, sedangkan sisanya masih diekspor ke Jepang.
Dorong hilirisasi
Lantaran itu, ia mendorong pemerintah untuk segera membangun industri hilir yang dapat menyerap katoda tembaga yang kelam merea hasilkan. Sehingga, ongkos besar pembangunan smelter yang dikeluarkan perusahaannya tidak mubazir dan justru dinikmati oleh negara lain.
"Kalau industri hilirnya gak tumbuh, ini 100 persen akan diekspor juga. Jadi, ini peluang yang sayang sekali bahwa ini harusnya kemudian menarik investor yang lebih hilir lagi, contoh pabrik kabel mobil listrik dan renewable energy," tuturnya.
Tony mengatakan, hingga akhir Juli 2022 pembangunan fisik smelter Gresik ini telah mencapai 36,2 persen dan telah menyerap US$1,2 miliar.
Pada tahun ini jumlah pekerja konstruksi telah mencapai 5.000 orang dan pada 2023 diperkirakan bertambah lagi menjadi 10 ribu orang. Adapun saat pembangunan puncaknya diperkirakan membutuhkan hingga 15 ribu pekerja di mana hampir 100 persen merupakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan 50 persen di antaranya tenaga kerja lokal dari Jawa Timur.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan proses awal pembangunan pabrik smelter (groundbreaking) baru Freeport ini pada 12 Oktober 2021.
Dalam kesempatan itu, Kepala Negara menyampaikan apresiasinya lantaran fasilitas tersebut akan menjadi smelter single line terbesar di dunia.
"Kita mendapatkan laporan bahwa smelter yang akan dibangun ini dengan desain single line, terbesar di dunia," ucapnya.