Starlink Stop Terima Pelanggan Baru di Indonesia, Ini Alasannya

- Kapasitas jaringan Starlink di Indonesia telah terjual habis, sehingga layanan bagi pelanggan baru sementara dihentikan.
- Permintaan tinggi setelah peluncuran komersial pada Mei 2024 membuat kapasitas jaringan mencapai batas maksimal.
- Starlink sedang bekerja untuk memperluas kapasitas layanan di Indonesia dengan opsi deposit dan daftar tunggu bagi calon pelanggan.
Jakarta, FORTUNE - Layanan internet satelit milik Elon Musk, Starlink, secara resmi mengumumkan bahwa mereka tidak lagi menerima pelanggan baru di Indonesia untuk sementara waktu. Keputusan ini cukup mengejutkan, mengingat peluncuran layanan komersial Starlink di Tanah Air masih terhitung baru, yakni pada Mei 2024 lalu.
Melalui laman resminya, kapasitas jaringan telah terjual habis menjadi alasan Starlink tidak menerima pelanggan baru di Indonesia. Untuk memahami lebih lanjut, berikut penjelasan resmi mengenai alasan Starlink menghentikan sementara layanan bagi pelanggan baru di Indonesia.
Kapasitas jaringan sudah penuh
Dalam pengumuman berjudul “Catatan Penting untuk Pelanggan Baru di Indonesia”, Starlink menyatakan bahwa seluruh kapasitas layanan mereka di Indonesia telah habis. Hal ini terjadi hanya sekitar satu tahun sejak layanan ini resmi beroperasi untuk publik.
"Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitas yang terjual habis di seluruh Indonesia. Selain itu, aktivasi kit baru dihentikan sementara untuk pelanggan yang membeli melalui retail atau penjual pihak ketiga,” tulis Starlink dalam keterangan resminya yang dikutip pada Senin, (14/7).
Namun, Starlink memungkinkan masyarakat untuk melakukan deposit guna mengamankan antrean. Meskipun demikian, perusahaan tidak memberikan estimasi waktu mengenai kapan layanan akan kembali tersedia.
Pelanggan yang sudah masuk daftar tunggu akan menerima notifikasi ketika layanan dibuka kembali di wilayah mereka.
Permintaan melonjak sejak diluncurkan
Setelah resmi beroperasi untuk umum pada Mei 2024, Starlink mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Indonesia. Layanan internet berbasis satelit ini dianggap sebagai solusi bagi wilayah pedesaan dan pelosok yang selama ini kesulitan mendapatkan akses internet cepat dan stabil. Sebelumnya, sejak 2022, Starlink hanya digunakan secara terbatas oleh perusahaan seperti Telkom Satelit dan Smartfren untuk kebutuhan korporat.
Lonjakan minat publik dalam waktu singkat memicu permintaan yang sangat tinggi, sehingga kapasitas jaringan milik Starlink di Indonesia dengan cepat mencapai batas maksimal. Fenomena ini bukan pertama kali terjadi. Di sejumlah negara Afrika, kondisi serupa juga dialami.
Elon Musk bahkan sempat menanggapi persoalan ini secara langsung melalui media sosial X. Ia menjelaskan bahwa kapasitas yang tersedia tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pelanggan baru, terutama di wilayah kota besar dan padat penduduk. Elon pun menyarankan calon pelanggan mempertimbangkan penggunaan layanan di area yang belum penuh.
“Masih ada kapasitas yang signifikan di luar pusat-pusat kota,” tulis Elon Musk.
Upaya memperluas kapasitas
Berdasarkan peta layanan terkini di laman resmi Starlink, Indonesia kini berstatus waitlist atau daftar tunggu. Artinya, pendaftaran baru tidak bisa diproses hingga kapasitas tambahan tersedia. Status ini juga dimiliki oleh beberapa negara dan kota lain seperti Ukraina, El Salvador, Mozambik, Manila (Filipina), dan beberapa kota di Brasil.
Bagi masyarakat yang tetap ingin berlangganan, Starlink membuka opsi deposit satu kali (one-time fee) yang akan digunakan sebagai bagian dari pembayaran perangkat ketika layanan kembali tersedia. Meskipun saat ini belum bisa memberikan kepastian waktu, Starlink menegaskan bahwa mereka sedang bekerja sama dengan otoritas lokal untuk segera meningkatkan kapasitas layanan di Indonesia.
"Tim kami bekerja sama dengan pihak lokal untuk membawa Starlink ke Indonesia secepat mungkin," demikian pernyataan resmi dari perusahaan.
Sebagai informasi, Starlink telah mengantongi izin resmi untuk beroperasi di Indonesia, termasuk Uji Laik Operasi (ULO) serta izin sebagai penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP) dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Secara legal, entitas bisnis Starlink di Indonesia berada di bawah PT Starlink Services Indonesia (SSI), yang didirikan pada 8 September 2022 dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Dua perusahaan berbasis di Amsterdam, Belanda, Starlink Holding Netherlands B.V. dan SpaceX Netherlands B.V., menjadi pemegang saham utama SSI, masing-masing dengan kepemilikan 99.000 dan 1.000 saham.
Dalam operasionalnya, Starlink juga menggandeng mitra lokal sebagai penyelenggara jaringan akses (Network Access Provider/NAP) guna memenuhi ketentuan dan regulasi yang berlaku di Indonesia.
Apa dampak penutupan Starlink bagi masyarakat?
Sejak peluncurannya, Starlink, dengan teknologi satelit orbit rendah Bumi (Low Earth Orbit/LEO), dianggap sebagai solusi cepat dan andal dalam menjangkau kawasan-kawasan yang sulit diakses oleh infrastruktur konvensional.
Alhasil, bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil, penutupan layanan ini tentu menjadi kabar kurang menyenangkan. Beberapa pengguna yang telah membeli perangkat Starlink dari ritel juga tidak dapat langsung mengaktifkannya karena adanya penangguhan aktivasi.
Namun, dengan opsi deposit dan daftar tunggu, masyarakat tetap memiliki peluang untuk menjadi pelanggan ketika kapasitas tersedia. Penting untuk dicatat bahwa deposit ini tidak hangus, melainkan akan digunakan sebagai potongan pembelian perangkat saat aktivasi kembali dibuka.
Untuk itu, jika Anda salah satu yang tertarik mendapatkan layanan Starlink, maka bisa masuk dalam daftar tunggu dengan melakukan deposit resmi melalui situs Starlink.