Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Manufaktur Masih Ekspansi, tapi Produksi dan Optimisme Mulai Lesu

Manufaktur pembuat produk ternak yang beracun, pabriknya berada di Oklahoma. Ilustrasi (pexels.com/Pixabay)
Ilustrasi manufaktur (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • IKI Juni 2025 capai 51,84 menunjukkan sektor industri masih ekspansif
  • 18 dari 23 subsektor industri masih ekspansif, tapi ada peningkatan subsektor yang mengalami kontraksi
  • Pesanan baru meningkat, produksi turun, dan tingkat optimisme pelaku industri untuk enam bulan ke depan mulai menunjukkan penurunan

Jakarta, FORTUNE - Sektor manufaktur Indonesia melanjutkan tren ekspansinya pada Juni 2025, meskipun menunjukkan sinyal perlambatan. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada Senin (30/6) mencapai 51,84.

Angka di atas 50 menandakan industri pengolahan non-migas masih dalam fase ekspansi. Namun, capaian ini sedikit menurun dibandingkan IKI Mei 2025 sebesar 52,11, yang diiringi oleh kontraksi tajam pada sisi produksi dan menurunnya optimisme pelaku usaha.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan bahwa meski melambat, kinerja industri nasional masih relatif tangguh di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh geopolitik dan tekanan harga energi.

"Walaupun terjadi penurunan dari IKI Mei, nilai IKI Juni 2025 masih berada di atas angka 50, artinya sektor industri tetap dalam fase ekspansi," ujar Febri dalam konferensi pers virtual.

Data IKI bulan ini menunjukkan sebuah anomali. Variabel pesanan baru tercatat meningkat signifikan menjadi 54,21, tapi variabel produksi justru anjlok ke level kontraksi pada level 46,64.

“Permintaan naik, tapi produksinya justru turun, sehingga kebutuhan pasar ditutupi dari stok bulan sebelumnya,” kata Febri.

Dari sisi sektoral, sebanyak 18 dari 23 subsektor masih berekspansi, mencakup 92,2 persen dari PDB industri pengolahan non-migas. Namun, jumlah subsektor yang mengalami kontraksi bertambah dari dua menjadi lima.

Lima subsektor industri yang terkontraksi:

  • Reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan

  • Industri komputer, barang elektronik, dan optik

  • Industri peralatan listrik

  • Industri kulit dan alas kaki

  • Industri mesin dan perlengkapan YTDL

Sinyal perlambatan juga tecermin pada penurunan optimisme pelaku industri untuk enam bulan ke depan. Hanya 65,8 persen responden yang menyatakan optimistis, turun dari bulan sebelumnya. Sementara itu, proporsi pelaku usaha yang pesimistis naik tipis menjadi 9 persen.

Meskipun menghadapi tantangan, kinerja manufaktur Indonesia secara makro masih solid. Pertumbuhan industri manufaktur nasional pada kuartal I-2025 mencapai 4,2 persen, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan manufaktur global.

“Kondisi industri manufaktur kita masih relatif tangguh, namun tekanan global dan perlambatan produksi menjadi catatan penting untuk terus dicermati,” ujar Febri.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us