Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pabrik Tekstil di Karawang Tumbang karena Tak Mampu Bersaing

WhatsApp Image 2025-07-29 at 06.21.00.jpeg
Ilustrasi: PT Asia Pacific Fibers Tbk (APF) resmi menutup secara permanen pabrik mereka di Karawang, Jawa Barat. (Dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • Pabrik tekstil PT Asia Pacific Fibers Tbk (APF) di Karawang tutup permanen karena produknya tidak lagi terserap pasar domestik.
  • Kondisi penutupan pabrik APF mencerminkan masalah struktural yang telah lama menggerogoti industri tekstil .
  • Penutupan pabrik Karawang telah berdampak langsung pada penurunan drastis penjualan APF.

Jakarta, FORTUNE - Industri tekstil nasional kembali mendapat pukulan setelah PT Asia Pacific Fibers Tbk (APF) resmi menutup permanen pabriknya di Karawang, Jawa Barat. Penutupan ini disebut terjadi karena produk serat poliester perusahaan tidak lagi mampu bersaing di pasar domestik akibat serbuan benang impor dalam volume besar.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Farhan Aqil, mengungkapkan penutupan ini adalah puncak dari masalah struktural yang telah lama menggerogoti industri hulu.

“Pabrik di Karawang itu memproduksi serat poliester untuk kemudian diolah jadi benang. Tapi karena banjir impor benang, distribusi APF jadi terhambat. Akibatnya, tidak mampu bersaing di pasar sendiri,” kata Farhan dalam keterangannya, Selasa (29/7).

Farhan menegaskan kondisi yang dialami APF bukanlah kasus terisolasi. Menurut catatan APSyFI, sejak 2022 hingga 2024, terdapat 60 perusahaan tekstil yang terdampak kondisi serupa, dan sebagian besar bergerak pada sektor benang dan kain.

Menurut Farhan, akar masalah terletak pada kebijakan pemerintah yang cenderung hanya berpihak pada sektor hilir (pakaian jadi/garmen) dengan dalih penyerapan tenaga kerja tinggi, tapi mengorbankan sektor hulu sebagai fondasi industri.

“Ekosistem tekstil kita sudah terintegrasi dari hulu ke hilir. Tapi kalau hulunya tidak dilindungi, yang tumbuh cuma garmen, bahan bakunya semua impor. Itu sangat berbahaya,” ujarnya.

Ia mengkritik keras strategi pemerintah yang mendorong ekspor garmen tanpa perlindungan industri bahan baku.

“Strategi ekspor garmen tidak akan menambah nilai bagi ekonomi jika bahan bakunya berasal dari luar negeri. Kita hanya akan jadi tukang jahit global,” katanya.

Penutupan pabrik Karawang telah berdampak langsung pada penurunan drastis penjualan APF, yang diperkirakan anjlok hingga 76 persen tahun ini. Data internal perusahaan menunjukkan penurunan signifikan pada tingkat utilisasi kapasitas produksi:

  • Polyester staple fiber: Produksi hanya 73.727 ton dari total kapasitas 198.000 ton.

  • Polyester chips: Produksi mencapai 132.130 ton dari kapasitas 330.400 ton.

  • Performance fabrics: Utilisasi hanya 819.000 yard dari kapasitas penuh 6.000.000 yard.

Kini, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabriknya di Kendal yang masih beroperasi, APF terpaksa bergantung pada pemasok lokal lain dan impor.

Kondisi ini diperparah dengan persoalan utang warisan yang membebani APF, serta tantangan eksternal seperti perjanjian IEU-CEPA dan tarif impor dari AS. Namun, Farhan kembali menyoroti masalah fundamental di dalam negeri, yaitu minimnya keterlibatan pelaku industri hulu dalam perumusan kebijakan.

“Suara industri hulu jarang didengar. Ini membuat kami tidak memiliki kepastian dalam kebijakan. Pemerintah harus ubah pendekatannya, karena jika hulu tumbang, maka seluruh rantai pasok akan ikut terganggu,” katanya.

Sebagai penutup, ia mendesak pemerintah berfokus melindungi pasar domestik sebelum mendorong ekspor.

“Lindungi dulu pasar dalam negeri, baru dorong ekspor secara bertahap,” katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us