Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ini Profil Grup Djarum yang Akuisisi Saham RS Hermina

profil djarum grup.png
Djarum Oasis Kretek Factory (Dok. PT Djarum)
Intinya sih...
  • Grup Djarum baru saja akuisisi saham RS Hermina dengan nilai Rp1 triliun.
  • Cikal bakal Grup Djarum bermula pada 1950-an saat Oei Wie Gwan membeli usaha kretek rumahan di Kudus.
  • Generasi ketiga penerus Grup Djarum terlibat dalam manajemen perusahaan yang mencakup berbagai sektor industri.

Grup Djarum merupakan salah satu konglomerasi berpengaruh di Indonesia. Profil Grup Djarum juga tengah disorot setelah akuisisi saham RS Hermina.

Meski awalnya dikenal sebagai produsen rokok kretek, bisnis Grup Djarum telah menjangkau berbagai sektor strategis seperti perbankan, teknologi, properti, makanan dan minuman, hingga modal ventura. Melalui PT Dwimuria Investama Andalan, Grup Djarum mulai terjun ke layanan kesehatan dengan membeli saham RS Hermina mencapai Rp1 triliun.

Nah, seperti apa profil perusahaan Grup Djarum? Simak ulasannya dalam artikel berikut!

Profil Grup Djarum

Cikal bakal Grup Djarum bermula pada 1950-an saat Oei Wie Gwan membeli usaha kretek rumahan di Kudus. Usaha tersebut yang akhirnya diberi nama Djarum. Nama Djarum diambil dari jarum gramofon yang mencerminkan harapan akan kejernihan dan konsistensi kualitas produk. 

Setahun kemudian, tepatnya pada 21 April 1951, Oei Wie Gwan resmi mendirikan PT Djarum. Pada masa itu, perusahaan beroperasi secara sederhana dengan 10 pekerja di pabrik. Lokasi pabrik di Jl. Bitingan Baru No. 28 (kini Jl. A. Yani No. 28), Kudus.

Djarum memproduksi rokok secara manual. Tembakau dan cengkih diracik serta dilinting dengan tangan. Oei Wie Gwan bahkan turun langsung melinting kretek di lantai brak dan menjajakan produknya di jalanan Kudus.

Perjalanan Grup Djarum

Setelah Oei Wie Gwan meninggal pada 1963, Grup Djarum dilanjutkan oleh kedua putranya yaitu Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Di tangan keduanya, Djarum berkembang pesat dan mulai mengekspor produk ke mancanegara sejak 1972.

Peluncuran Djarum Super pada 1981 menjadi tonggak penting dalam ekspansi global perusahaan. Selain itu, merek-merek seperti Djarum Black dan LA Lights turut memperkuat reputasi Djarum sebagai produsen kretek yang dikenal luas di pasar domestik maupun internasional. 

Dengan dukungan fasilitas produksi modern dan sistem distribusi global, Djarum kini mengekspor produknya ke lima benua. Pabrik-pabrik berteknologi tinggi dan sistem distribusi modern menjadi penopang utama dalam memenuhi permintaan global.

Generasi ketiga

Ketika membahas profil Grup Djarum, belum lengkap tanpa membahas generasi penerusnya. Grup Djarum telah dipegang oleh generasi ketiga keturunan Oei Wie Gwan. Tiga nama yang menonjol dalam manajemen Grup Djarum adalah:

  1. Victor Rachmat Hartono sebgaai Direktur Operasi PT Djarum dan Presiden Direktur Djarum Foundation.

  2. Martin Basuki Hartono sebgaai CEO GDP Venture dan Direktur Teknologi PT Djarum.

  3. Armand Wahyudi Hartono sebagai Wakil Presiden Direktur BCA sejak 2016.

Lini bisnis Grup Djarum

Seiring berjalannya waktu, Djarum bertransformasi menjadi Grup Djarum yang mencakup berbagai sektor industri. Di industri rokok, Djarum masih menjadi salah satu produsen kretek terbesar di dunia. Namun, lini bisnis mereka bukan hanya tembakau.

Pada 1990-an, Grup Djarum mulai masuk ke sektor perbankan dengan mengakuisisi saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Melalui PT Dwimuria Investama Andalan, Grup Djarum mengendalikan sekitar 54,94% saham BCA, yang mana ini menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar perusahaan.

Selain BCA, portofolio bisnis Grup Djarum juga mencakup:

  • GDP Venture yang fokus pada investasi di startup dan teknologi digital

  • Djarum Foundation sebagai penggerak tanggung jawab sosial perusahaan

  • PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) di bidang infrastruktur telekomunikasi

  • Blibli sebagai salah satu e-commerce terbesar di Indonesia

  • Investasi di sektor makanan dan minuman, properti, perkebunan, pulp dan kertas, serta manufaktur

Langkah terbaru Grup Djarum di sektor kesehatan juga tidak kalah signifikan. Grup Djarum akuisisi 559,18 juta saham HEAL oleh Dwimuria dengan harga rata-rata Rp1.875 per saham atau setara Rp1,04 triliun. Transaksi tersebut merupakan bagian dari pengalihan saham hasil pembelian kembali (buyback) oleh HEAL.

Itulah profil Grup Djarum lengkap hingga lini bisnisnya. Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ana Widiawati
EditorAna Widiawati
Follow Us