Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

PwC Latih Akuntan Junior Jadi Manajer, Pekerjaan Sepele Digarap AI

Ilustrasi PWC (unsplash.com/Adriano)
Ilustrasi PWC (unsplash.com/Adriano)

Jakarta, FORTUNE - Perubahan besar tengah melanda industri akuntansi global. PwC memproyeksikan bahwa dalam tiga tahun ke depan, karyawan baru akan mengemban peran layaknya manajer, seiring tugas audit level pemula dialihkan ke kecerdasan buatan (AI).

“Orang-orang akan masuk kantor dan hampir seketika menjadi peninjau serta pengawas,” kata Jenn Kosar, AI Assurance Leader PwC, mengutip Business Insider. Menurutnya, teknologi AI kini mengambil alih pekerjaan seperti pengumpulan dan pemrosesan data, membebaskan akuntan junior untuk fokus pada “pekerjaan yang lebih maju dan bernilai tambah.”

Kosar menambahkan, perubahan ini memaksa PwC mengubah metode pelatihan. Jika sebelumnya pelatihan fokus pada eksekusi tugas audit, kini difokuskan pada “dasar-dasar” audit, pemikiran kritis, negosiasi, dan “skeptisisme profesional” yang biasanya baru diajarkan di jenjang karier lebih senior.

Transformasi peran ini berjalan beriringan dengan langkah “Big Four”—Deloitte, EY, KPMG, dan PwC—yang tengah bersiap meluncurkan layanan audit untuk sistem AI. Layanan assurance ini dirancang untuk membantu perusahaan membuktikan kepatuhan terhadap regulasi dan membangun kepercayaan pada AI yang digunakan di sektor krusial seperti kesehatan, keuangan, dan kendaraan otonom.

Melansir The Economic Times, seiring pengembangan AI secara internal, firma akuntansi—Deloitte, EY, dan PwC—tengah bersiap meluncurkan layanan audit untuk sistem kecerdasan buatan (AI). Langkah ini diambil untuk mengantisipasi lonjakan permintaan verifikasi independen atas kinerja AI, sekaligus membuka sumber pendapatan baru di pasar assurance teknologi.

Layanan ini diharapkan membantu perusahaan membuktikan kepatuhan terhadap regulasi serta membangun kepercayaan pada penggunaan AI di sektor-sektor krusial seperti kesehatan, keuangan, dan kendaraan otonom.

Dorongan tersebut mencerminkan tren sebelumnya pada audit metrik lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), yang kini bergeser ke ranah AI seiring adopsinya yang kian pesat. Risiko dari kegagalan sistem AI di sektor seperti jasa keuangan, farmasi, dan ilmu hayati bisa berdampak serius.

Bagi firma akuntansi, ini bukan hanya tantangan teknologi, tetapi juga peluang bisnis baru. Reputasi mereka di audit keuangan bisa menjadi modal penting untuk membangun kredibilitas di pasar assurance AI—sebuah segmen yang diperkirakan akan tumbuh seiring meningkatnya risiko, regulasi, dan kebutuhan pengawasan di era AI. Beberapa proyek audit bahkan sudah mencakup penilaian chatbot terhadap akurasi dan bias, karena perusahaan ingin memastikan validitas AI di berbagai fungsi bisnis.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us