Surplus: Pengertian, Penyebab, Jenis, Rumus, dan Dampaknya
Surplus tidak selalu bernilai positif.
Surplus adalah gambaran pemasukan lebih besar dibanding pengeluaran. Tentu saja hal ini sangat diimpikan bagi setiap perusahaan.
Meski terlihat menggiurkan, surplus tidak berarti selalu positif. Lantas, apa penyebab terjadinya surplus? Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai surplus, penyebab, jenis dan cara menghitungnya, serta dampaknya.
Pengertian surplus
Surplus adalah suatu keadaan dimana perusahaan memiliki keuntungan dan pendapatan yang besar dibanding pengeluaran.
Adapun lawan kata dari surplus adalah defisit, yaitu kerugian yang dialami karena pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan.
Apabila mengacu pada pendistribusian barang, surplus dapat disebut juga dengan kelebihan produk.
Hal ini berarti stok barang masih ada dalam gudang ataupun toko, sehingga perusahaan bisa mampu memenuhi permintaan pasar.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa surplus adalah jumlah aset yang masih tersisa setelah dikeluarkan, tergantung dari konteksnya.
Meski demikian, surplus bukan berarti selalu baik. Hal ini terjadi karena penumpukan stok mengakibatkan pengembalian modal menjadi lebih lama. Padahal, produk masih banyak yang belum dipasarkan.
Penyebab terjadinya surplus
Adapun penyebab terjadinya surplus karena pengeluaran perusahaan lebih kecil dibanding dengan pemasukan. Hal ini tentunya memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Meski demikian, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran malah akan membuat surplus menjadi negatif.
Sebagai contoh, saat pemerintah menetapkan harga minyak goreng naik. Meski perusahaan memperoleh keuntungan yang lebih besar dibanding sebelumnya, tetapi permintaannya cenderung rendah akan membuat nilai surplus menjadi negatif.
Jenis-jenis surplus dan cara menghitungnya
Istilah surplus seringkali digunakan oleh pemerintah untuk menggambarkan keadaan ekonomi negara. Berikut adalah jenis-jenis surplus serta cara menghitungnya:
1. Surplus konsumen
Surplus konsumen adalah kondisi di mana harga produk atau jasa lebih rendah dibanding harga yang seharusnya dibayar oleh konsumen.
Adapun penerapan dari jenis surplus konsumen adalah pada sistem lelang, di mana barang-barang yang dilelang biasanya dijual dibawah harga maksimal pembeli.
Selain itu, surplus konsumen dapat terjadi saat terjadi penurunan harga suatu komoditas, sehingga konsumen mengalami surplus.
Adapun rumus menghitung surplus konsumen, yakni:
Surplus Konsumen = (1/2) x Qe x ∆P
Keterangan:
- Qe: kuantitas permintaan dan penerimaan adalah sama
- ∆P: Pmax - Pe
- Pmax: harga yang bersedia dibayar konsumen
- Pe: harga pada ekuilibrium.
Contoh kasus
Adapun harga tertinggi untuk sebotol air mineral adalah Rp10 ribu. Akan tetapi, setelah negosiasi dilakukan, konsumen bersedia membayar adalah Rp 5 ribu dengan permintaan 10 botol. Maka, surplus yang dinikmati oleh konsumen adalah:
Surplus Konsumen = (1/2) x Qe x ∆P
Surplus konsumen = (1/2) x 10 x (Rp10 ribu - Rp5 ribu) = Rp25 ribu
2. Surplus produsen
Surplus produsen adalah suatu kondisi dimana harga barang atau jasa dijual lebih tinggi dibanding harga terendah yang ditetapkan oleh produsen.
Dengan demikian, produsen mengalami surplus atau keuntungan. Namun, kondisi yang disangka baik tidak menguntungkan bagi konsumen. Adapun rumus perhitungannya:
Surplus produsen = harga produk yang terjual - harga minimum dari produsen
Contoh kasus
Sebuah perusahaan menjual motor keluaran terbaru seharga Rp12 juta. Namun, laku terjual di pasaran dengan harga Rp15 juta. Maka, perusahaan tersebut mengalami surplus produsen Rp3 juta.
Dampak terjadinya surplus
Berikut ini adalah beberapa dampak terjadinya surplus, antara lain:
1. Acuan untuk penyusunan kas
Apabila sebuah perusahaan mengalami surplus dalam satu periode, maka hal tersebut bisa dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran untuk periode selanjutnya.
2. Ekonomi membaik
Baik itu surplus konsumen maupun produsen, keduanya sama-sama memberikan keuntungan. Ini dapat diartikan sebagai nilai ekonomi yang membaik.
Surplus produsen mampu menjual harga lebih tinggi dibanding harga yang ditetapkan. Sedangkan, surplus konsumen mengalami keuntungan saat harga turun dibanding harga jualnya.
Dapat disimpulkan, surplus adalah keadaan dimana sebuah perusahaan mengalami pendapatan yang lebih besar dibanding pengeluaran. Namun, surplus bisa menjadi negatif bila jumlah permintaan dan penawaran mengalami ketidakstabilan.