Desas-Desus Merger XL-Smartfren Mengudara, Ikuti Jejak Indosat-Tri?
Diskusi Axiata Group-Sinar Mas Group masih berlangsung.
Jakarta, FORTUNE - Dua perusahaan raksasa dari Malaysia dan Indonesia—Axiata Group dan Sinar Mas Group—kabarnya berniat mengawinkan bisnis telekomunikasi mereka. Informasi itu berembus belum lama setelah merger antara Indosat dan Tri.
Mengutip Bloomberg, Senin (11/10), induk perusahaan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Tbk (FREN) itu menggandeng penasihat keuangan guna mendiskusikan opsi merger. Bila kesepakatan itu benar terwujud, kedua operator dapat berbagi infrastruktur jaringan.
1. Tahap Pembicaraan Merger antara XL dan Smartfren
Menurut narasumber yang diminta dirahasiakan identitasnya, diskusi antara dua induk usaha operator itu masih berlangsung. Karena itu, belum ada kepastian dari kabar merger tersebut.
Menanggapi permintaan berkomentar, Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, mengatakan, “Smartfren terbuka untuk berkonsolidasi atau berkolaborasi dengan pelaku industri lain yang bertujuan efisiensi operasional. Akan tetapi, kedua pihak mesti mendapatkan manfaat yang sama.?
Senada dengan Merza, Presiden Direktur XL Axiata, Dian Siswarini, pun terbuka dengan alternatif merger dengan perusahaan mana pun bergantung pada persetujuan pemegang sahamnya.
2. Potensi Kolaborasi Strategis XL dan Smartfren
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, XL Axiata mempunyai 56,8 juta pelanggan terdaftar per 30 Juni 2021. Dari segi laba bersih, perusahaan publik itu meraih Rp716 miliar dengan pendapatan hampir Rp13 triliun pada paruh pertama 2021. 66 persen kepemilikannya berada di tangan Axiata Group.
Di sisi lain, sebagai unit bisnis Sinar Mas Group, Smartfren memiliki 27,9 juta pengguna per akhir 2020. Dengan pendapatan Rp4,95 triliun pada periode sama, perseroan mencatatkan kerugian bersih Rp452 miliar.
Jika keduanya bergabung, maka akan ada peluang menambah pendapatan tahunan seperti yang terjadi pada Indosat dan Tri. Merger senilai Rp87 triliun keduanya pada September 2021 telah meningkatkan potensi pendapatan tahunan hingga Rp43,5 triliun.
Bahkan, menurut Indosat dan Tri, “merger akan berujung efektivitas dalam skala dan kemampuan keuangan, serta kapabilitas untuk bersaing.”
3. Tanggapan Regulator
Dalam keterangan pers, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Usman Kansong, memandang konsolidasi antara dua operator telekomunikasi sebagai hal positif.
“Merger itu bakal menguatkan sisi permodalan dan sisi operasional,” ujarnya, Minggu (10/10).
Selain itu, dia memandang penggabungan usaha operator telekomunikasi akan berujung pada iklim persaingan yang kian sehat sehingga perusahaan akan berfokus menyajikan pelayanan terbaik.
Dia menambahkan, “(Lalu), tren, di mana-mana merger, karena itu disebut terobosan. Apalagi di dunia telekomunikasi begitu yang perlu penguatan-penguatan.”
4. Bukan Pertama Kali Bagi XL
Ini bukan isu merger pertama bagi bisnis telekomunikasi Axiata Group. Perusahaan juga pernah dipepet oleh CK Hutchison—konglomerat Hong Kong yang didukung oleh taipan Victor Li—mengenai peluang kondolidasi telekomunikasi keduanya di Asia Tenggara. Di Indonesia, EXCL juga telah melakukan akuisisi PT Axis Telekom Indonesia pada 2013.