Pengaruh Stasiun Pengisian bagi Ekosistem Kendaraan Listrik
Jumlah stasiun pengisian daya menambah keyakinan konsumen
Jakarta, FORTUNE - Mobil listrik digadang-gadang menjadi salah satu kendaraan yang akan booming beberapa tahun mendatang. Stasiun pengisian baterai menjadi satu aspek penting dalam ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle). Infrastruktur pengisian daya tersebut bahkan menjadi salah satu hal yang paling dipertimbangan konsumen sebelum membeli kendaraan listrik setelah aspek harga.
Bergantung pada stok EV, pola perjalanan, moda transportasi, dan tren urbanisasi, tipe stasiun pengisian terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni: pengisian rumahan, tempat kerja, dan publik. Ketiganya sama-sama penting.
Menurut Skenario Pembangunan Berkelanjutan dalam laman IEA (International Energy Agency), stasiun pengisian untuk Light Duty Vehicle (LDV) global akan bertumbuh melampaui 200 juta dan memasok 550 TWh sekitar 9 tahun ke depan. Itu terdiri dari SPKU rumahan (281,4 TWh), kantor (114,9 TWh), publik dengan kecepatan lambat (63 TWh), dan publik dengan kecepatan tinggi (91 TWh).
Pentingnya SPKLU untuk Konsumen
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, populasi kendaraan listrik di Indonesia sudah mencapai 14.400 per November 2021. Angka ini terdiri dari mobil penumpang roda 4 (1.656 unit), kendaraan roda 3 (262 unit), sepeda motor listrik (12.464 unit), mobil bus (13 unit), dan mobil barang (5 unit).
Sementara itu, data Kementerian ESDM (September 2021) menunjukkan, jumlah SPKLU di Indonesia baru mencapai 187 unit. Itu tersebar di 155 lokasi di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.
Data lain yang dihimpun oleh Kementerian ESDM pada September 2021 tercatat, jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) telah mencapai 187 unit yang tersebar di 155 lokasi di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Harapannya, semakin bertambahnya SPKLU dapat meningkatkan keyakinan pelanggan dalam membeli kendaraan listrik. Apalagi, menurut Nissan Motor Distributor Indonesia (NMID), tidak sedikit konsumen yang khawatir daya mobil akan habis sebelum mereka menemukan SPKLU.
“Tak sedikit yang khawatir dan akhirnya mengurungkan niat membeli kendaraan listrik karena keterbatasan tersebut,” ujar Head of Marketing Communication NMID, Julian Olmon dalam keteragan yang diberikan kepada Majalah Fortune Indonesia pada November lalu.
Para Penyedia SPKLU di Indonesia
Di Indonesia, sudah ada beberapa perusahaan yang membangun SPKLU. Salah satunya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PLN dan Pertamina.
Terbaru, PLN telah meresmikan SPKLU di Medan, Sumatra Utara dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). "Kehadiran SPKLU ini dapat mendukung terwujudnya electrifying lifestyle di masyarakat dan mendukung para pengusaha penyedia kendaraan listrik dalam menyediakan kendaraan listrik," kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril, Rabu (8/12) dalam keterangan resminya.
Di sisi lain, Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga menargetkan pembangunan 513 unit SPKLU/SPBKLU (Stasiun Pertukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum) hingga 2024 sebagai bagian strategi transisi energi. Ke-513 unit tersebut terdiri atas 122 unit SPKLU dan 391 unit SPBKLU.
"Pertamina menginisiasi bisnis SPKLU melalui skema partnership dan terintegrasi dengan aplikasi MyPertamina," kata Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution, Kamis (9/12).
Baik PLN maupun Pertamina menerapkan konsep kemitraan dalam mendirikan tiap SPKLU untuk kendaraan listrik di Indonesia.
Namun, membangun SPKLU bukan perkara mudah. Begitu juga dengan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Menurut pengakuan Head of Sustainability GoTo Group, Tanah Sullivan kepada Fortune Indonesia pada bulan lalu, investasi yang dibutuhkan cukup besar.
Meski begitu, Tanah berujar, “itu semua sepadan dengan tujuan yang ingin kami raih beberapa tahun ke depan.”