WIKA Berencana Divestasi Aset Jalan Tol, Fokus ke Bisnis Konstruksi

- WIKA berencana divestasi aset jalan tol sebagai upaya penyehatan keuangan dan pemusatan kembali fokus bisnis perusahaan sebagai kontraktor utama.
- Proses divestasi tengah berada dalam tahap market sounding.
- Terdapat tiga tantangan utama yang menghambat kelancaran divestasi.
Jakarta, FORTUNE - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) melepas kepemilikan saham pada lima ruas jalan tol. Keputusan ini merupakan bagian dari upaya penyehatan keuangan dan strategi perusahaan kembali berfokus pada bisnis inti sebagai kontraktor konstruksi.
Corporate Secretary WIKA, Ngatemin, menjelaskan keputusan ini dilandasi evaluasi mendalam terhadap kinerja investasi non-konstruksi perusahaan yang dinilai belum optimal.
“Kami akan fokus ke sana saja, sebagai kontraktor saja. Itu salah satu visi kami. Kami tidak menyatukan sebagai investor,” kata Ngatemin dalam media briefing di Jakarta, Rabu (30/7).
Ia mengatakan pengalaman menjadi investor jalan tol belum memberikan hasil maksimal, sehingga perseroan memilih menjual saham demi mengurangi beban finansial jangka panjang dan memperkuat performa operasional.
Proses divestasi saat ini berada dalam tahap market sounding atau penjajakan minat pasar. Berikut adalah aset yang ditawarkan WIKA kepada calon investor:
Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam): 17,96 persen saham di PT Jasamarga Balikpapan Samarinda.
Tol Manado-Bitung: 20 persen saham di PT Jasamarga Manado Bitung.
Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja): 19,88 persen saham di PT Citra Marga Lintas Jabar (CMLJ).
Tol Semarang-Demak: 25 persen saham di PT Pembangunan Semarang Demak (PPSD).
Tol Serang-Panimbang: 82,98 persen saham di PT Wijaya Karya Serang Panimbang (WSP).
Namun, proses penjualan aset tersebut tidak berjalan mulus. Ngatemin mengungkapkan ada tiga tantangan utama yang menghambat kelancaran divestasi.
Pertama, nilai industri jalan tol nasional secara umum tengah mengalami pelemahan. “Sebenarnya ya, industri tolnya sendiri lagi turun ya,” kata Ngatemin.
Kedua, beberapa ruas tol yang dimiliki WIKA memiliki lalu lintas harian rata-rata (LHR) rendah, yang berimbas pada pendapatan operasional yang juga rendah. Tol Balikpapan-Samarinda menjadi salah satu contohnya. Kondisi ini menyebabkan investor seperti Jasa Marga belum menunjukkan ketertarikan untuk mengambil alih aset tersebut.
Ketiga, hingga kini belum ada calon pembeli yang secara spesifik menyatakan minat kuat terhadap aset-aset tol milik WIKA.
Meski menghadapi sejumlah tantangan, WIKA tetap optimistis. Perusahaan menaruh harapan pada proyek-proyek pembangunan di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang mungkin memicu ketertarikan investor terhadap ruas-ruas tol tertentu yang strategis.
“Harapannya, salah satunya IKN. Ya kita tunggu,” ujar Ngatemin.
WIKA menargetkan sebagian besar proses divestasi dapat diselesaikan pada 2025. Untuk aset-aset yang lebih kecil, proses pelepasan diharapkan rampung pada akhir tahun ini.