Jakarta, FORTUNE – Adira Finance mencatatkan kenaikan Pendapatan 9 persen menjadi Rp7,5 triliun pada sembilan bulan pertama 2024. Pertumbuhan ini dicapai di tengah pasar otomotif yang relatif lesu.
Direktur Utama Adira Finance, Dewa Made Susila, mengatakan bahwa salah satu yang menonjol dari kinerja sembilan bulan di tahun 2024 ini adalah naiknya piutang pembiayaan perseroan sebesar 7 persen menjadi Rp56,6 triliun dibandingkan periode tahun sebelumnya.
“Tapi, Adira Finance membukukan penurunan pada pembiayaan baru sebesar 9 persen (YoY) menjadi Rp27,8 triliun sepanjang sembilan bulan ini,” ujarnya dalam bincang bersama media, Kamis (31/10).
Penurunan ini disebabkan oleh kondisi industri otomotif yang saat ini sedang lesu. Namun demikian, perusahaan berhasil mencatat pertumbuhan positif pembiayaan baru di segmen non-otomotif, mencapai Rp6,8 triliun, dengan kontribusi terbesar dari sektor pembiayaan multiguna.
Pada segmen lainnya, Adira Finance mencatatkan pembiayaan baru di segmen syariah sebesar Rp5,9 triliun atau mewakili 21 persen dari total pembiayaan baru. Sementara, untuk pembiayaan untuk kendaraan listrik (EV), Adira Finance mencatatkan penyaluran pembiayaan baru mencapai Rp290 miliar.
Realistis
DI tengah industri otomotif di Indonesia yang lesu, Made mengaku realistis kinerja penjualan kahir tahun ini akan lebih rendah daripada tahun lalu. Meski begitu, ia berharap kinerja pada kuartal IV/2024 akan lebih banyak perbaikan. “Di bisnis ritel, setiap hari sangat penting, artinya kinerja kuartal IV itu dampaknya baru seperempat dari kinerja satu tahun,” ujarnya kepada Fortune Indonesia.
Hal ini semakin diperkuat dengan segmen otomotif yang memang berkontribusi hingga 80 persen pada penjualan Adira Finance.
Hingga September 2024, penjualan ritel mobil baru menurun sebesar 12 persen (YoY) menjadi 657 ribu unit. Sementara itu, penjualan sepeda motor baru sedikit meningkat sebesar 5 persen (YoY) menjadi 4,7 juta unit.
Beban keuangan
Direktur Keuangan Adira Finance, Sylvanus Gani Mendrofa, mengungkapkan bahwa ada peningkatan secara tahunan sebesar 18 persen, menjadi Rp6,1 triliun. Peningkatan pada beban disebabkan naiknya biaya pendanaan dan biaya kredit.
“Dengan demikian, laba bersih Perusahaan setelah pajak dicatatkan sebesar Rp1,1 triliun atau mengalami penurunan sebesar 17 persen (YoY). Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) Perusahaan (pada sembilan bulan 2024) masing-masing tercatat menjadi sebesar 5,7 persen dan 13,5 persen,” kata Gani.