Jakarta, FORTUNE - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memproyeksikan penjualan Rumah akan tumbuh sekitar 11 sampai 12 persen pada 2024. Kenaikan ini didorong adanya stimulus dari pemerintah.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, mengatakan stimulus tersebut mulai dari kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga harga rumah Rp5 miliar. Stimulus lainnya berupa insentif biaya administrasi pengurusan rumah murah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) senilai Rp4 juta, pelonggaran rasio LTV/FTV kredit/pembiayaan properti menjadi maksimal 100 persen untuk semua jenis properti, serta masih adanya KPR Subsidi dan lainnya.
"Stimulus-stimulus ini yang menyebabkan pertumbuhan penjualan rumah tahun ini kita harapkan mencapai 12 persen," ujarnya dalam Economy Outlook 2024, melansir ANTARA pada Kamis (1/2).
Nixon mengungkapkan bahwa sejumlah stimulus yang diberikan oleh pemerintah, disebut sebagai countercyclical buffer, telah berhasil diimplementasikan dengan efektif untuk mengatasi dampak penurunan ekonomi pada masyarakat. Hasilnya, pemulihan ekonomi menunjukkan peningkatan yang signifikan.
"Hal ini menjadikan sektor properti masih menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi banyak terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia," ujar Nixon.
Upaya transformasi perseroan
Ia melanjutkan, perseroan telah melakukan berbagai transformasi agar semakin dapat diandalkan, cepat, berkualitas, dan memenuhi harapan para stakeholders perseroan.
Beberapa langkah transformasi tersebut mencakup perubahan dalam struktur kantor cabang, pengembangan low cost funding melalui peluncuran produk tabungan baru untuk menargetkan segmen bisnis, serta pembentukan pusat pemrosesan pinjaman regional dan pusat perbankan komersial.
Selanjutnya, inisiatif kredit high yield, perluasan jangkauan bisnis perumahan khususnya segmen emerging affluent, optimalisasi KCP, one stop financial solution melalui pengembangan super apps BTN Mobile, serta Digital Mortgage Ecosystem yang merupakan insiatif strategis untuk mendongkrak kinerja dan memenuhi kebutuhan nasabah.
"Dengan capaian ini, kita tetap optimistis menghadapi tantangan perekonomian global 2024 yang masih penuh ketidakpastian," ujar Nixon.
Menurutnya, beberapa tantangan yang dihadapi pada tahun 2024 mencakup krisis global yang timbul akibat konflik antara Rusia dan Ukraina, perlambatan ekonomi di China, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang berdampak pada kenaikan harga komoditas, baik dalam sektor energi maupun pangan.
Selain itu, dari dalam negeri, katanya, Pemilihan Umum (Pemilu) akan segera berlangsung, yang berpotensi memengaruhi perilaku investor menjadi lebih "wait and see" dalam melaksanakan ekspansi usaha.