Jakarta, FORTUNE - Goldman Sachs telah memulai proses menggantikan beberapa fungsi bankir dengan teknologi Kecerdasan Buatan (AI). Chief Information Officer Goldman Sachs, Marco Argenti, menjelaskan bahwa assistant AI ini akan berfungsi sebagai alat bantu untuk merangkum dan memeriksa email, serta menerjemahkan kode antar bahasa pemrograman.
"Assistant AI ini benar-benar seperti berbicara dengan karyawan GS lainnya," kata Argenti mengutip CNBC, Selasa(4/2).
Menurut Argenti, alat AI ini memungkinkan pekerja untuk menyelesaikan berbagai tugas yang sebelumnya memerlukan keahlian manusia, kini sekarang bisa diakses dengan mudah melalui teknologi ini.
"Pikirkan tentang semua tugas yang mungkin ingin Anda selesaikan terkait dengan berbagai kasus penggunaan untuk semua profesi tersebut yang sekarang bisa ada di ujung jari Anda," katanya, menambahkan.
Tren AI di perbankan
Langkah ini menjadi bagian dari tren yang lebih besar, di mana beberapa bank besar seperti JPMorgan dan Morgan Stanley juga semakin mengandalkan alat berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi operasional. Meskipun banyak pihak menggambarkan eksperimen ini sebagai upaya untuk mempermudah pekerjaan karyawan, tidak sedikit yang meyakini bahwa teknologi ini akan menggantikan peran manusia, seiring dengan berkembangnya AI.
Argenti memprediksi bahwa dalam waktu tiga hingga lima tahun ke depan, teknologi AI dapat mengaburkan batas antara manusia dan mesin. "Assistant AI ini benar-benar seperti berbicara dengan karyawan GS lainnya," ujar Argenti.
Namun, meskipun AI menawarkan potensi besar, penggunaannya tetap menimbulkan kekhawatiran. Beberapa model AI telah terbukti menghasilkan "halusinasi" atau kesalahan fakta yang mengganggu akurasi, sebuah masalah yang masih menjadi tantangan besar bagi pengembang AI. Selain itu, alat berbasis AI juga memunculkan masalah terkait keamanan siber, karena chatbot AI dapat membocorkan data sensitif.
Meskipun demikian, Goldman Sachs tetap melanjutkan investasi dalam teknologi ini. Argenti menjelaskan bahwa langkah selanjutnya adalah mengembangkan perilaku agensif dari AI, di mana alat ini dapat menyelesaikan tugas-tugas atas nama karyawan Goldman Sachs, bukan hanya memberikan informasi seperti layaknya karyawan manusia. "Di situlah model ini akan mulai melakukan hal-hal seperti karyawan Goldman, bukan hanya mengatakan hal-hal seperti karyawan Goldman," ujarnya.
Argenti juga mengklaim bahwa AI akan belajar untuk memeriksa dan mengevaluasi pekerjaannya sendiri, seperti halnya seorang karyawan manusia yang melakukan kontrol kualitas.
Potensi pemangkasan pekerja
Seiring dengan berkembangnya teknologi AI, Bloomberg memperkirakan bahwa bank investasi global, termasuk Goldman Sachs, dapat memangkas hingga 200.000 pekerjaan dalam beberapa tahun ke depan. Pekerjaan dengan tugas rutin dan repetitif akan berada pada risiko lebih besar, seperti yang diungkapkan analis senior Bloomberg Intelligence, Tomasz Noetzel.
"Tetapi AI tidak akan menghilangkannya sepenuhnya, melainkan akan menyebabkan transformasi angkatan kerja," tambah Noetzel.
Argenti menambahkan, meskipun AI berpotensi mengubah banyak aspek pekerjaan, peran manusia tetap menjadi yang utama dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi ini. "Menurut saya, itu selalu berujung pada orang-orang," katanya.
"Orang-orang yang akan membuat perbedaan, karena orang-orang yang akan benar-benar mengembangkan AI, mendidik AI, memberdayakan AI, dan kemudian mengambil tindakan," ujarnya.