Jakarta, FORTUNE - Apakah Anda pernah mendengar istilah working capital? Working capital merupakan sebagai modal kerja bersih. Dalam artian, perbedaan antara jumlah aset perusahaan dengan liabilitas dalam periode waktu saat ini.
Modal bersih atau working capital termasuk komponen penting dalam dalam membangun sebuah usaha. Sederhananya, working capital merupakan dana yang tersedia untuk membiayai keperluan operasional bisnis yang sedang Anda jalankan.
Merangkum laman online-pajak.com, berikut ini dibahas mengenai pengertian apa itu working capital, tujuan working capital, jenis, dan cara menghitungnya.
Working capital dalam perusahaan
Apa itu working capital dan pentingnya dalam perusahaan?
Working capital menjadi indikator kesehatan keuangan perusahaan. Dapat dikatakan bahwa semakin besar selisih antara aset dengan utang jangka pendek perusahaan maka kondisi keuangan perusahaan sehat-sehat saja.
Sebaliknya, jika jumlah utang lebih tinggi di atas aset dan menimbulkan angka modal kerja bersih yang cenderung negatif, artinya kondisi perusahaan tengah di ambang kebangkrutan.
Working capital atau modal kerja bersih dalam perusahaan dikelola oleh manajer keuangan perusahaan. Tanggung jawabnya utamanya adalah menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan dibantu teknis untuk menjalankan dana yang telah dialokasikan untuk operasional bisnis.
Dalam mengelola working capital, manajer keuangan harus bisa memberikan kontribusi positif berupa profit agar bisnis perusahaan bisa lebih berkembang sehingga bisa menunjang performa perusahaan di hadapan para investor.
Tujuan working capital
Dalam perusahaan peran working capital dapat berguna dalam memenuhi likuiditas perusahaan. Alokasi modal ini diperuntukkan untuk berbagai tujuan penting. Misalnya, dialokasikan sebagai biaya darurat perusahaan dalam mendanai beban jangka pendek atau bahkan jangka panjang yang harus segera dilunasi sebelum jatuh tempo. Dengan demikian, perusahaan artinya berhasil dalam mengelola working capital.
Agar perusahaan memiliki persediaan barang dagang yang memadai untuk memenuhi kebutuhan konsumennya. Modal ini dapat diinvestasikan kembali untuk mendapatkan tambahan pendapatan.
Sebagai contoh, peran working capital dalam menyediakan kredit bagi konsumen dengan syarat yang sudah disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki konsumen dalam mencicil kreditnya.
Tak hanya itu, modal ini pun dapat dialokasikan ke pasar modal dalam bentuk saham yang ditransaksikan. Melalui langkah tersebut diharapkan akan diperoleh dana modal tambahan dari para investor sesuai dengan pembagian imbal hasil yang telah disepakati.
Working capital juga bertujuan untuk mengoptimalkan pemakaian aktiva lancar yang berkaitan dengan penambahan penjualan serta keuntungan perusahaan. Selain itu, dapat menjaga nilai mata uang. Dalam peran tersebut artinya perusahaan bisa menempatkan dana untuk meminimalkan inflasi besar-besaran dengan cara menanamkan modal kerja perusahaan ke sejumlah investasi yang terjamin.
Jenis-jenis working capital
Working capital memiliki beberapa bergantung pada tujuannya. Sebagai seorang pengusaha, wajib memahami apa itu jenis working capital beserta turunannya. Simak ulasannya yang dirangkum dari laman online-pajak.com berikut ini.
1. Variable Working Capital
Jenis berikut ini jumlahnya tidak selalu sama alias selalu berubah-ubah. Perubahannya pun tergantung pada aktivitas produksi dalam perusahaan. Jenis working capital ini terbagi lagi menjadi 3 jenis, yakni:
Seasonal: Perubahannya dipengaruhi pada perubahan musim.
Cyclical: Perubahannya dipengaruhi oleh perubahan konjungtur (pertukaran naik turunnya kemajuan dan kemunduran ekonomi yang terjadi secara berganti-ganti)
Emergency: Seperti judulnya, perubahan modal kerja jenis ini sifatnya darurat, sehingga tidak diketahui asalnya.
2. Permanent Working Capital
Jenis modal ini merupakan modal yang harus selalu ada karena terus dibutuhkan dalam rangka operasional bisnis. Jenis modal ini pun terbagi lagi menjadi 2, di antaranya:
Primary Working Capital: Working capital yang wajib dalam perusahaan yang menjadi jaminan usaha yang berjalan dengan lancar.
Normal Working Capital: Presentasi dari jumlah working capital ini dibutuhkan dalam rangka memperluas produksi.
Cara Menghitung Working Capital
Untuk menghitung working capital, langkah pertama adalah mengumpulkan data aset perusahaan terlebih dahulu. Seperti, uang tunai, dana dalam rekening, piutang tertunda, inventaris perusahaan, dan aset yang dapat dicairkan dalam waktu di bawah satu tahun.
Selanjutnya, melakukan pendataan liabilitas perusahaan, yakni tagihan utang, upah pegawai, tagihan pajak, dan cicilan utang. Setiap setidaknya memiliki tempo dalam waktu 1 tahun. Berikut rumus penghitungnya:
Working Capital = Current Assets – Current Liabilities
Contoh:
Perusahaan A memiliki aset sebesar Rp500 juta dengan total utang sebesar Rp50 juta. Working capital yang kini dimiliki sebesar Rp100 juta. Angka tersebut dapat dikatakan positif melihat nominalnya yang lebih tinggi dibanding utangnya. Artinya, perusahaan bisa membayarkan utangnya. Apabila selisih antara working capital dengan liabilitas yang sekarang dimiliki sangat rendah, maka dapat diprediksi perusahaan tidak akan dapat melunasi utangnya dalam waktu dekat.
Walaupun demikian, analisis lebih mendalam tetap perlu dilakukan untuk melihat situasi finansial perusahaan secara lebih jelas. Rumus-rumus yang bisa Anda gunakan adalah receivables ratio, current ratio, inventory-turnover ratio, days payable, dan quick ratio.
Working Capital Ratio
Rasio working capital digunakan untuk menunjukkan situasi finansial perusahaan. Data yang Anda butuhkan sama, yakni aset dan liabilitas saat ini. Berikut rumusnya.
Working Capital Ratio = Current Assets / Current Reliabilities
Dengan data di atas, perusahaan kini memiliki aset sebesar Rp500 juta dan utang jangka pendek sebesar Rp50 juta yang mana perlu dilunasi dalam waktu 1 tahun (12 bulan). Maka, penghitungannya adalah sebagai berikut:
Rp500.000.000 / Rp50.000.000 = 10
Dengan rasio working capital sebesar itu, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi keuangan perusahaan sangatlah baik. Sebenarnya, rasio di atas 2 sudah cukup baik. Namun, apabila Anda ingin menaikan rasio working capital lebih dari 2, artinya Anda harus lebih rajin dalam melunasi utang dan mendorong penjualan perusahaan.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Working Capital
Modal kerja ini dapat berubah karena beberapa perubahan yang mungkin mempengaruhinya. Fluktuasi aset dan kewajiban biasanya dapat mempengaruhi nilai modal kerja bersih. Melansir laman klikpajak.id, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi modal kerja bersih Anda.
1. Tingkat Perputaran Stok
Faktor pertama adalah tingkat perputaran stok. Semakin cepat perputaran persediaan maka semakin rendah biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan. Di sisi lain, saham yang berputar terlalu lama meningkatkan biaya dan mempengaruhi nilai modal kerja perusahaan.
2. Pendapatan Perusahaan
Faktor kedua adalah pendapatan perusahaan. Pendapatan yang dapat dihasilkan perusahaan juga mempengaruhi nilai modal kerja bersihnya. Keuntungan dari kegiatan tenaga kerja perusahaan meningkatkan aset lancar, sehingga selisih antara aset dan kewajiban semakin besar.
3. Penjualan Saham Perusahaan
Faktor ketiga adalah penjualan saham perusahaan. Ada juga variabel lain yang bisa menambah modal: penjualan saham. Perusahaan yang menjual saham dapat menerima tambahan modal dari kegiatan tersebut. Tentunya hal ini juga mempengaruhi nilai aset perusahaan.
4. Penjualan Aset Tetap Perusahaan
Faktor keempat adalah penjualan aset tetap perusahaan. Aset beberapa perusahaan mungkin tidak produktif atau bernilai ekonomi rendah. Anda juga dapat membuang aset tetap tersebut sebagai ganti biaya operasional perusahaan. Dana yang dihasilkan juga dapat menjadi modal kerja dan dapat mempengaruhi nilai modal perusahaan.
Demikian informasi mengenai working capital, pengertian dan perannya dalam perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa working capital adalah modal kerja bersih. Working capital dikatakan baik jika nilainya positif dibandingkan jika nilainya negatif. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.