Jakarta, FORTUNE- Raksasa teknologi pembayaran Mastercard dikabarkan bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3 persen tenaga kerja global. Langkah ini ditempuh sebagai bagian dari reorganisasi yang diluncurkannya awal tahun ini untuk mempertajam fokus perusahaan pada bisnis inti, kata juru bicara perusahaan.
Dikutip dari Reuters, pemangkasan tersebut akan berdampak pada sekitar 1.000 orang karyawan, berdasarkan data terbaru tenaga kerja perusahaan. Mastercrd yang berkantor pusat di Purchase, New York itu saat ini memiliki 33.400 karyawan pada akhir tahun lalu, menurut laporan tahunan perseroan.
Bloomberg yang pertama kali mengabarkan rencana ini menuliskan sebagian besar dari karyawan yang terkena dampak akan diberitahu pada kuartal ketiga 2024.
"Seiring dengan perubahan ini, kami berencana untuk mengerahkan kembali sumber daya ke area pertumbuhan," kata juru bicara Mastercard. “Seperti memperluas ke pasar baru dan meningkatkan unitnya yang menaungi bisnis siber dan antipenipuan”.
Bulan lalu, CFO Mastercard Sachin Mehra mengatakan perusahaan akan mencatat biaya restrukturisasi satu kali sebesar US$190 juta dalam tiga bulan yang berakhir pada 30 September.
Kinerja di atas ekspektasi
Mastercard mencatat laba kuartal kedua di atas ekspektasi dan mempertahankan pengeluaran, meyakinkan investor yang khawatir tentang kesehatan Keuangan pelanggan setelah sejumlah perusahaan memperingatkan tekanan pada rumah tangga berpenghasilan rendah.
Kinerja kuat ini dibantu oleh pertumbuhan di pasar internasional utama seperti Eropa dan Amerika Latin, ditambah dengan konsumen AS yang sehat, kata perusahaan Juli lalu.
"Hasil Mastercard, meskipun tidak sempurna, seharusnya memberikan kepastian bahwa lingkungan pengeluaran tetap solid," kata Logan Purk, analis teknologi untuk Edward Jones.
Pendapatan pesaing utama Visa minggu lalu "kemungkinan membuat beberapa investor takut," katanya.
Pasar tenaga kerja yang ketat telah memastikan keamanan kerja bagi pelanggan, memungkinkan mereka melakukan pembelian tanpa hambatan, bahkan ketika The Fed memperketat kebijakan moneter.