Jakarta, FORTUNE – Bank Pembangunan Asia (ADB) telah menyetujui pinjaman US$500 juta untuk memperkuat program Indonesia dalam mengurangi sampah plastik di laut.
Meskipun Pakta Plastik Dunia (Global Plastic Treaty)—prakarsa internasional yang dirancang untuk mengatasi polusi plastik melalui kesepakatan yang mengikat secara hukum—saat ini masih dinegosiasikan, program ini akan berfokus pada dukungan untuk rencana aksi nasional penanganan sampah laut indonesia, yang bertujuan mengurangi aliran sampah plastik ke lautan hingga 70 persen pada 2025.
“Keberadaan sampah plastik yang begitu banyak di laut tidak hanya membahayakan mata pencaharian di daerah pesisir, tetapi juga mengurangi ketangguhan iklim secara keseluruhan. ADB tetap tegas mendukung Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut Indonesia, dengan menargetkan pengelolaan secara holistik berbagai faktor yang berkontribusi pada pembuangan plastik ke laut,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga, dalam keterangannya, Jumat (24/5).
Pada 2018, pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada 2025, melalui pengumpulan, pemrosesan, daur ulang, dan pemanfaatan kembali limbah padat, yang dilaksanakan melalui rencana aksi nasional penanganan sampah laut.
Sampai dengan akhir 2022, telah terjadi penurunan 35 persen dari tingkat pada 2018, yang menunjukkan kemajuan baik, tetapi sekaligus memperlihatkan perlunya mempercepat reformasi untuk mencapai target 70 persen.
ADB akan mendukung rencana aksi dengan meningkatkan pengelolaan limbah plastik, mengurangi produksi dan konsumsi plastik yang bermasalah, serta memperkuat data dan perangkat pemantauan untuk pembuatan kebijakan.
Tiga fokus pengurangan sampah di laut
Jiro mengatakan program pengurangan sampah laut menargetkan tiga bidang utama: menangani pengelolaan limbah di hilir, melaksanakan intervensi di hulu untuk mengurangi produksi limbah plastik, dan mendukung elemen penting yang diperlukan bagi keberhasilan reformasi secara keseluruhan.
Program tersebut dikembangkan di bawah Poros Pembiayaan Biru Asia Tenggara (Blue Southeast Asia Finance Hub), program sampah laut pertama yang didukung oleh ADB. Program ini meneruskan pekerjaan operasional dan pengetahuan ADB di Indonesia.
Menurut data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), jumlah sampah plastik di laut Indonesia mencapai 398.000 ton pada 2022 atau turun 35,36 persen dibandingkan dengan 2018.
Berdasarkan asalnya, sampah plastik laut dari daratan mengalami penurunan paling signifikan hingga 42,47 persen dalam lima tahun terakhir. Jumlahnya berkurang dari 538.182 ton pada 2018 menjadi 309.625 ton pada 2022.
Di sisi lain, sampah plastik yang berasal dari lautan justru meningkat pada periode yang sama. Pada 2018, sampah plastik dari laut mencapai 77.000 ton. Jumlahnya lantas naik 14,77 persen menjadi 88.374 ton.