OJK Catat Utang Pinjol Warga Indonesia Naik jadi Rp74,48 Triliun

Rasio NPF gross turun menjadi 2,62 persen.

OJK Catat Utang Pinjol Warga Indonesia Naik jadi Rp74,48 Triliun
ilustrasi uang (unsplash.com/Mufid Majnun)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Pembiayaan P2P lending mencapai Rp74,48 triliun pada September 2024, naik 33,73 persen YoY.
  • Tingkat TWP90 tetap stabil di level 2,38 persen, sementara piutang multifinance naik 9,35 persen YoY.
  • Rasio NPF gross turun menjadi 2,62 persen, NPF net tetap stabil di 0,81 persen.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat adanya peningkatan signifikan pada jumlah pinjaman yang disalurkan melalui industri peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman online (Pinjol) ke masyarakat. Pada September 2024, total pembiayaan dalam industri ini mencapai Rp74,48 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, melaporkan bahwa jumlah pinjaman tersebut menunjukkan kenaikan tahunan sebesar 33,73 persen secara tahunan (year-on-year/YoY).

“Pembiayaan industri P2P lending pada September 2024 nilai tumbuh 33,73 persen secara tahunan menjadi Rp74,48 triliun,” ujar dia dalam konferensi pers secara daring, dikutip Selasa (5/11).

Sementara itu, tingkat kredit macet atau biasa disebut Tingkat Wanprestasi Pinjaman 90 Hari Keterlambatan (TWP90) masih tetap terjaga di level 2,38 persen pada September 2024.

Ia juga menjelaskan, piutang pembiayaan multifinance mengalami kenaikan sebesar 9,35 persen YoY pada September 2024, mencapai Rp501,78 triliun. Meskipun masih menunjukkan pertumbuhan, laju kenaikan piutang pembiayaan ini tercatat melambat dibandingkan bulan lalu (month-to-month/MtM), yang sebelumnya tercatat mengalami kenaikan sebesar 10,18 persen.

Di sisi lain, rasio pembiayaan macet (Non-Performing Financing/NPF) gross pada September 2024 tercatat sebesar 2,62 persen, sedikit menurun dibandingkan pada Agustus 2024 yang mencapai 2,66 persen.

Sementara itu, NPF net tetap stabil di angka 0,81 persen. Gearing ratio juga menunjukkan penurunan, yaitu menjadi 2,33 kali, jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan sebesar 10 kali.

OJK juga mencatat pembiayaan untuk sektor modal ventura mengalami penurunan sebesar 8,10 persen secara tahunan (YoY) hingga akhir September 2024, menjadi Rp16,25 triliun.

Laju kontraksi pembiayaan modal ventura pada bulan September ini melambat jika dibandingkan dengan Agustus, yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 9,03 persen.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
Punya Sisa Dana Rp9 T, Bukalapak Buka Peluang Bisnis Baru
Patrick Walujo Soal Dugaan Fraud e-Fishery: Ini Memalukan
Saham Naik 276% Sejak IPO, BEI Suspensi RATU Hari Ini!
Harga Saham BBRI Sempat Lama Anjlok, Ini Penyebabnya
Saham BBRI Kembali Naik Jadi Rp4.210, Kini Diburu Asing