Pernah mendengar istilah redenominasi? Redenominasi adalah proses mengubah nilai nominal atau angka yang tercetak pada Mata Uang. Biasanya, langkah ini diambil untuk menangani inflasi atau merombak struktur ekonomi suatu negara.
Apabila negara ingin mengubah sistem moneter dari sistem yang didasarkan pada mata uang lokal ke sistem yang didasarkan pada mata uang asing, maka redenominasi bisa dilakukan untuk menyesuaikan nilai nominal mata uang lokal.
Saat sebuah negara mengalami inflasi tinggi, nilai mata uangnya cenderung turun terus-menerus. Untuk mengatasinya pemerintah bisa melakukan redenominasi dengan mengurangi jumlah angka di belakang koma mata uang.
Contohnya, jika nilai tukar 1 dolar AS adalah Rp15.000, maka setelah redenominasi nilai tukarnya bisa menjadi Rp1.500. Dengan begitu, meskipun nilai nominal mata uang berkurang, inflasi bisa tetap terkendali.
Manfaat redenominasi
Ada beberapa manfaat redenominasi yang bisa didapatkan sebuah negara, yaitu:
1. Mengurangi dampak inflasi
Ketika inflasi tinggi, nilai mata uang cenderung terus turun dan menyebabkan harga barang dan jasa melambung. Redenominasi bisa membantu menekan inflasi dengan mengurangi nilai nominal mata uang.
2. Mempermudah transaksi
Mata uang dengan nilai nominal tinggi bisa menyulitkan transaksi karena banyaknya pecahan kecil. Setelah redenominasi, mata uang yang lebih kecil akan mempermudah transaksi.
3. Meningkatkan kepercayaan terhadap mata uang
Ketika nilai mata uang terlalu rendah, masyarakat cenderung kehilangan kepercayaan. Dengan redenominasi, nilai mata uang yang lebih tinggi dapat meningkatkan kepercayaan publik.
Kekurangan redenominasi
Di balik manfaatnya, kebijakan redenominasi juga memiliki kekurangan. Berikut beberapa kekurangan redenominasi:
1. Menimbulkan kebingungan
Redenominasi bisa membingungkan masyarakat karena mereka harus menyesuaikan diri dengan nilai baru mata uang tersebut.
2. Meningkatkan potensi kecurangan
Perubahan nilai mata uang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan dari perbedaan nilai konversi.
3. Biaya yang tinggi
Melakukan redenominasi memerlukan biaya besar untuk mencetak uang baru dan mengubah sistem keuangan yang ada.
Cara mengurangi risiko redenominasi
Dilansir Sahabat Pegadaian, untuk melindungi diri dari risiko yang mungkin timbul akibat redenominasi, Anda bisa mempertimbangkan investasi dalam mata uang asing yang stabil, seperti dolar Amerika Serikat (AS) atau Euro.
Alternatif lainnya adalah berinvestasi dalam surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah dengan kredit yang baik, seperti obligasi. Investasi dalam emas dengan metode Dollar Cost Averaging juga bisa menjadi pilihan yang bijaksana.
Apakah Indonesia perlu melakukan Redenominasi Rupiah?
Redenominasi biasanya diterapkan di negara dengan inflasi tinggi atau mata uang yang tidak stabil untuk menyederhanakan transaksi keuangan dan meningkatkan efisiensi sistem keuangan. Namun, di Indonesia saat ini, inflasi sudah cukup terkendali dan tidak terlalu tinggi, sehingga tidak ada kebutuhan mendesak untuk melakukan redenominasi rupiah.
Selain itu, proses redenominasi membutuhkan biaya yang cukup besar, terutama untuk pencetakan uang baru serta penyesuaian sistem keuangan dan bisnis.
Meski begitu, bukan berarti Indonesia tidak akan melakukannya di masa depan. Redenominasi adalah sebuah kebijakan terkait keuangan negara yang membutuhkan banyak pertimbangan pemerintah. Keputusan melakukan redenominasi bisa bergantung pada evaluasi terkait faktor-faktor seperti tingkat inflasi, stabilitas mata uang, dan biaya yang terkait dengan redenominasi.