Jakarta, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat dalam transaksi global kini mulai tergerus. Ini tidak dapat dilepaskan dari upaya berbagai negara untuk bertransaksi menggunakan mata uang lokal serta diversifikasi mata uang guna mendukung stabilitas moneter, nilai tukar, dan sistem keuangan global.
"Tentu saja sejauh ini sebagian besar transaksi dunia masih menggunakan dolar. Tapi, seperti yang dirilis oleh IMF kemarin, penggunaan dolar dalam transaksi perdagangan, yang dulunya 70 persen, sekarang mendekati 50 persen," ujarnya dalam konferensi pers KSSK, Senin (8/5).
BI sendiri, kata dia, terus mempercepat dan memperluas kerja sama penerapan local currency transaction (LCT) selain dengan negara-negara ASEAN 5 yang sudah jalan seperti Indonesia–Malaysia dengan rupiah–ringgit dan Indonesia–Thailand dengan rupiah–baht.
"Transaksi perdagangan, investasi hingga sistem pembayaran LCT juga secara bilateral tidak lagi melalui konversi atau nilai tukar," katanya.
Dengan Jepang dan Cina, misalnya, Indonesia telah menjalankan LCT dengan perkembangan yang cukup baik. Selain itu, pekan lalu BI dan Korea Selatan juga telah menandatangani kerja sama pengembangan LCT.
"Sehingga ini percepat dan perluas penggunaan local currency dalam memfasilitasi perdagangan dan investasi serta sistem pembayaran. Dengan semakin luasnya penggunaan local currency, tentu saja stabilitas nilai tukar juga akan lebih terjaga," ujarnya.
Keuntungan LCT
Menurut Perry, penggunaan mata uang lokal akan membuat transaksi lebih efisien dan murah. Misalnya, jika orang Indonesia berpergian ke Thailand atau sebaliknya—orang Thailand berpergian ke Indonesia—dua warga negara berbeda ini perlu menukarkan uangnya ke dolar terlebih dahulu dan kemudian mengonversinya ke mata uang lokal seperti bath atau rupiah.
Dengan LCT dalam bentuk QRIS cross border, hal tersebut tak perlu lagi dilakukan.
"Sekarang kan cukup dengan HP saja, QR kita sudah menyambung dengan QR mereka. Secara cepat bisa selesai. Biaya transaksi akan lebih murah," katanya.
Dalam kesempatan sama, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral merupakan salah satu pergeseran global yang cukup fundamental.
Hal tersebut dibutuhkan untuk mengurangi berbagai risiko atau kerawanan pada sektor keuangan di tengah dominasi mata uang dolar.
"Setiap negara mencoba untuk memperbaiki. Seperti diketahui, tentu kalau di dalam sektor keuangan, kerawanan bisa muncul kalau majority missmatch. Jadi, jatuh tempo tidak cocok, liquidity, atau juga masalah exchange rate, atau dalam hal ini currency missmatch," ujarnya.