Bibit Klaim Kinerja Bisnis Masih Positif Meski Ada Kabar PHK

Perusahaan memperkenalkan fitur baru pada 2023.

Bibit Klaim Kinerja Bisnis Masih Positif Meski Ada Kabar PHK
PR & Corporate Communication Lead Bibit, William pada acara Media Gathering di Jakarta, (28/7).
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Bibit Tumbuh Bersama menyebutkan kinerja bisnis sepanjang tahun lalu masih positif meskipun perusahaan tersebut belum lama ini dikabarkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

“Bisnis Bibit di sepanjang tahun 2022 berjalan dengan sangat baik yang ditandai dengan pertumbuhan pengguna dan aset kelolaan yang signifikan,” kata PR & Corporate Communication Lead Bibit.id, William, dalam keterangan tertulis kepada Fortune Indonesia, Selasa (7/3).

Berdasarkan catatan internal Bibit, sepanjang tahun lalu ada 90.596 portofolio investasi di Bibit yang berhasil dicapai, termasuk 1.997 pasangan yang menikah dengan uang yang mereka investasikan, 1.907 orang membeli rumah, dan 2.255 investor mewujudkan liburan.

Menurut William, perusahaan tersebut pada awal tahun lalu juga secara resmi ditunjuk oleh Kementerian Keuangan sebagai mitra distribusi penjualan surat berharga negara (SBN).

Dalam empat penerbitan seri SBN terakhur, yaitu SBR012, Sukuk Ritel seri ST 009, Obligasi Negara Ritel seri PRI022, dan Surat Berharga Syariah Negara ritel seri SR018, Bibit berhasil menjadi mitra distribusi kategori fintech dengan penjualan terbanyak.

“Bibit terus mendukung upaya pemerintah dalam memperluas basis investor dalam negeri. Melalui berbagai upaya yang Bibit lakukan, kepercayaan investor SBN terhadap Bibit pun terus meningkat,” ujarnya.

Rencana 2023

ilustrasi bibit (dok.bibit.id)

Pada tahun ini Bibit berkomitmen untuk terus membantu masyarakat berinvestasi dengan cara yang benar, menurut William.

Perusahaan teknologi finansial (fintech) itu juga bertekad memberikan layanan terbaik bagi pelanggan investor dalam mencapai tujuan keuangannya. 

Bibit misalnya saja telah memperkenalkan fitur Bibit Bisnis untuk membantu perusahaan mengoptimalkan dana lebih mereka ke produk reksa dana yang berkualitas dari berbagai pilihan manajer investasi.

Dengan berinvestasi pada kelas aset tersebut, katanya, perusahaan bisa beroleh imbal hasil 3 sampai 7 persen atas persediaan kas mereka.

Jika ada kebutuhan dana mendadak untuk aktivitas usaha, investasi bisa ditarik kapan saja tanpa dikenai penalti. Semua dapat dilakukan tanpa minimum dana penempatan, biaya transaksi maupun biaya administrasi.

Kabar PHK

Shutterstock/ITTIGallery

Platform Bibit sebelumnya ramai dikabarkan memecat karyawannya di media sosial Twitter. Akun @ecommurz menyebut perusahaan melakukan layoff ke karyawan di divisi pemasaran dan sumber daya manusia.

Menanggapi kabar tersebut, William mengonfirmasi perusahaan melakukan efisiensi pekerja sebagai bagian dari evaluasi kinerja.

“Proses performance review ini biasa terjadi di perusahaan pada umumnya, termasuk perusahaan kami,” kata William. Namun, dia tak menyebutkan berapa karyawan yang terdampak kebijakan efisiensi.

Berdasarkan data dari Crunchbase, Bibit tercatat telah menerima pendanaan  US$175 juta. Perusahaan terakhir kali menerima pendanaan pada Mei 2022 sebesar US$80 juta. Bibit didukung oleh sejumlah investor, seperti GIC dan Sequoia Capital India.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya