Jakarta, FORTUNE – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk berhasil mengawali 2023 dengan mencetak kinerja gemilang. Bank pelat merah tersebut pada kuartal pertama tahun ini mampu mereguk laba Rp15,56 triliun atau tumbuh 27,37 persen ketimbang periode sama pada tahun sebelumnya.
Pada Januari hingga Maret 2023, BRI mampu menghimpun dana pihak ketiga mencapai Rp1.255,45 triliun, atau naik 11,45 persen secara tahunan, disumbang oleh dana murah (current account saving account/CASA) yang naik 13,01 persen menjadi Rp810,09 triliun.
Dari sisi penyaluran kredit, seluruh segmen kredit BRI tercatat tumbuh positif, dengan kontributor utama pada segmen mikro 11,18 persen. Dengan begitu, total kredit dan pembiayaan BRI Group menjadi Rp1.180,12 triliun.
“Khusus untuk segmen UMKM porsinya telah mencapai 83,86 persen dari total kredit BRI atau setara dengan Rp989,64 triliun”, kata Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam keterangan pers yang dikutip Jumat (28/4).
Pertumbuhan kredit BRI ini dibarengi dengan manajemen risiko yang prudent. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BRI saat ini 2,86 persen, atau membanik ketimbang sebelumnya 3,09 persen.
Namun, BRI tetap menyediakan pencadangan yang memadai dengan NPL coverage mencapai 282,49 persen.
"Hal ini merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, dan perlambatan ekonomi dunia,” ujarnya.
Optimisme BRI
Pada aspek lain, aset BRI Group tumbuh 10,46 persen dalam setahun menjadi Rp1.822,97 triliun.
Pada kuartal pertama 2023, BRI turut melakukan efisiensi. Tolok ukurnya, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional mencapai 64,47 persen, atau membaik ketimbang sebelumnya 68,26 persen. Sementara itu, cost efficiency ratio (CER) juga kian membaik menjadi 42,69 persen dan cost to income ratio (CIR) menjadi 41,83 persen.
Rasio keuangannya terjaga pada level baik, dengan rasio loan to deposit (LDR) 84,94 persen. Hal tersebut menunjukkan kondisi likuditas yang memadai untuk pertumbuhan bisnis ke depan. Di sisi lain, permodalan BRI tetap kokoh dengan capital adequacy ratio (CAR) 24,98 persen,
“BRI mampu mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank baik risiko pasar, risiko kredit maupun risiko operasional serta mendukung pertumbuhan bisnis ke depan secara jangka Panjang”, katanya.
Sunarso menyatakan bahwa potensi resesi global terhadap perekonomian Indonesia tidak terlihat berdampak signifikan. Dasarnya adalah prediksi dari BRI dengan menggunakan metode Markov Switching Dynamic Model (MSDM). Metode ini memperkuat evaluasi dan analisis Bloomberg, serta telah terbukti secara akurat pada kasus terdahulu, seperti krisis moneter 1998 dan krisis pandemi Covid pada 2020.
Indonesia akan mampu bertahan dari ancaman risiko resesi, “sehingga prospek dan kinerja industri perbankan khususnya BRI juga akan lebih baik di tahun 2023, dengan kredit BRI kami proyeksikan mampu tumbuh di level 10-12% dan didukung oleh pertumbuhan pada segmen UMKM,” ujarnya.