Jakarta, FORTUNE – Dalam perencanaan keuangan, setiap orang disarankan untuk memiliki dana darurat. Sesuai namanya, dana ini ditujukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pada masa mendatang. Mempersiapkan dana darurat ini juga mesti dilakukan berdasar atas status ekonomi masing-masing individu.
Dana darurat merujuk sejumlah uang yang sengaja dicadangkan oleh pemiliknya, tapi tidak sama dengan tabungan. Dana darurat tidak dipersiapkan untuk tujuan keuangan tertentu, melainkan untuk berjaga-jaga jika seseorang memiliki keperluan yang sifatnya mendesak ataupun mendadak serta membutuhkan uang tunai segera, seperti sakit, kecelakaan, atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Karena itu, keberadaan dana darurat sangat penting, sebab bisa digunakan untuk menutup pengeluaran tidak terduga. Dana ini bisa menjadi jaring pengaman untuk membiayai pengeluaran pada periode tertentu, misalnya, ketika seseorang tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan.
Menurut Media Keuangan, besaran dana darurat ini ditetapkan berdasar atas kondisi seseorang dan jumlah tanggungan. Patokan dana darurat mengacu pada pengeluaran rutin bulanan. Para perencana keuangan secara umum memberikan empat tips untuk menghitung dana darurat:
- Lajang: 3 – 4 kali pengeluaran rutin bulanan.
- Menikah tanpa anak: 6 kali pengeluaran rutin bulanan.
- Menikah, anak (tanggungan) 1 orang: 9 kali pengeluaran rutin bulanan.
- Menikah, anak (tanggungan) 2 orang: 12 kali pengeluaran rutin bulanan.
Jika seseorang berstatus lajang dengan gaji Rp7 juta dan pengeluaran rutin bulanan Rp5 juta, maka individu tersebut perlu menyiapkan dana darurat idealnya Rp15 sampai Rp20 juta, Nilai dana darurat yang disiapkan ini tentu akan semain besar jika seseorang telah berstatus menikah serta memiliki tanggungan anak.
Lantas, mengapa nominal dana darurat ditetapkan berdasarkan pengeluaran rutin bulanan? Ini banyak dikaitkan dengan kondisi jika seseorang tidak bisa bekerja karena terkena PHK maupun usahanya terdampak oleh krisis ekonomi. Untuk seorang lajang yang terkena PHK, asumsinya dia masih memiliki dana yang mencukupi untuk menutupi pengeluarannya selama 3-4 bulan. Pada saat yang sama, itu memberikannya waktu untuk mencari pekerjaan baru.
Setidaknya ada sejumlah alasan bagi seseorang untuk mempersiapkan dana darurat, menurut Bank Raya. Di antaranya: mencegah utang, menyiapkan dana masa depan, menjadi pelindung saat situasi terdesak, dan mencegah perilaku konsumtif.
Mempersiapkan dana darurat
Mempersiapkan dana darurat merupakan bagian penting yang mestinya tidak dilewatkan dalam perencanaan keuangan. Cara mengelola dan menyimpannya pun perlu diperhatikan.
“Menabung dana darurat memang bukanlah hal yang mudah. Kuncinya adalah konsisten, dan mengetahui risiko profil masing-masing. Sebagai langkah pertama yang perlu dilakukan adalah cek kondisi finansial Anda, dengan begitu Anda dapat mengetahui anggaran keuangan dan catatan keuangan harian. Sehingga mengetahui berapa kemampuan menabung per bulan,” kata Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP Chinni Yanti Tjhin, dalam diskusi bersama awak media di Jakarta beberapa waktu lalu.
Berikut sejumlah cara mempersiapkan dana darurat, seperti dilansir dari pelbagai sumber.
- Cek dan pahami kondisi keuangan
Melakukan pemetaan atas penghasilan dan pengeluaran rutin bulanan. Catat semua penghasilan dan pengeluaran rutin bulanan (bedakan antara pengeluaran primer, sekunder, dan tersier).
Cara tersebut akan membantu dalam mengetahui apa yang menjadi prioritas anggaran yang digunakan dan didapatkan.
- Atur anggaran keuangan
Menyusun anggaran pengeluaran, termasuk anggaran untuk tabungan dan investasi.
- Hitung dan tentukan estimasi nominal dana darurat
Besaran nominal dana darurat tiap individu berbeda-beda bergantung pada kebutuhan masing-masing. Setelah memetakan dan mengatur anggaran keuangan, Anda dapat mengetahui berapa target nominal dana darurat yang ideal.
- Lakukan secara perlahan dan konsisten
Jika kondisi keuangan belum memadai, Anda dapat mengumpulkannya secara perlahan secara konsisten. Apabila kondisi keuangan telah membaik, tingkatkan nominal yang disisihkan untuk dana darurat setiap bulannya hingga nominal target dana darurat tercapai.
- Lakukan efisiensi dan atur ulang anggaran pengeluaran
Efisiensi dalam mengelola pengeluaran dapat dilakukan dengan mengurangi dan mengeliminasi kegiatan belanja yang tidak terlalu mendesak. Efisiensi dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi kebutuhan tersier dan bersikap nonkonsumtif dalam berbelanja.