Jakarta, FORTUNE – Expense ratio (beban operasi) merupakan istilah lumrah diketahui jika Anda ingin berinvestasi pada instrumen reksa dana. Itu merupakan salah satu indikator penting dalam memilih reksa dana.
Lewat expense ratio, Anda bisa mendapat petunjuk dalam menilai suatu reksa dana itu bagus atau sebaliknya.
Namun, sebelum bergerak ke arah itu, mari menengok definisi reksa dana, yang menurut laman akseleran merupakan wadah untuk menghimpun dana dari para pemberi modal ataupun investor. Dana yang telah terkumpul ini akan dikelola oleh manajer investasi dan kemudian ditanamkan ke pelbagai instrumen investasi baik itu saham, deposito, maupun obligasi.
Nah, dalam investasi reksa dana, expense ratio ini merujuk kepada perbandingan antara beban operasional dana investasi reksa dana dalam satu tahun dengan rata-rata nilai aset bersih dalam satu tahun, demikian Bibit.
Sederhananya, expense ratio ini adalah seluruh biaya yang digunakan oleh manajer investasi untuk mengelola reksa dana dibagi dengan rata-rata aset investasi dalam satu tahun. Istilah ini juga biasa dikenal sebagai rasio beban biaya.
Expense ratio sebagai indikator
Beban operasi ini menunjukkan gambaran operasional, termasuk gaji manajer investasi dan bank kustodian, serta pajak pengelolaan reksadana, menurut laman OCBC NISP.
Expense ratio ini dinyatakan dalam bentuk persentase. Besarannya merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja investasi.
Lantas, bagaimana untuk menilai rasio beban biaya ini? Penilaian tersebut dilakukan dengan cukup melihat persentase yang dihasilkan.
Melansir laman finansialku, indikator dimaksud berguna bagi investor. Pasalnya, investor dapat menggunakannya untuk mengukur besaran investasi yang manajer investasi keluarkan dalam mengelola reksa dana.
Semakin kecil expense ratio, artinya semakin tinggi profesionalisme manajer investasi. Hal ini juga menunjukkan manajer investasi tersebut mampu mengelola reksa dana dengan efisien.
Fungsi expense ratio
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beban operasi adalah indikator penting untuk memilih reksa dana yang tepat. Berikut ini beberapa fungsi expense ratio, seperti dilansir dari laman OCBC NISP.
- Mengukur beban operasional
Melalui indikator dimaksud, investor dapat mengukur seberapa besar beban operasional untuk pengelolaan aset investasi atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana.
Ini menjadi penting sebagai bahan pertimbangan dalam memilih produk reksa dana yang memiliki beban operasional lebih kecil.
- Menilai profesionalisme manajer investasi
Indikator ini juga menjadi petunjuk akan kemampuan pengelolaan reksa dana oleh manajer investasi. Semakin kecil hasil perhitungannya, maka semakin tinggi profesionalisme manajer investasi itu karena beban biaya yang digunakan tidak terlalu besar.
- Petunjuk pengelolaan reksadana
Semakin baik pengelolaan reksa dana, mulai dari distribusi, administrasi, dan operasional lain, berarti kinerja reksa dana itu berpotensi dikelola secara maksimal.
Cara menghitung expense ratio
Setelah dijelaskan pengertian dan fungsi reksa dana, maka berikut cara menghitung expense ratio.
Beban biaya ini merupakan hasil penjumlahan dana yang digunakan untuk operasional, jasa audit dan investasi, beban transaksi, tarif kustodian, urusan administrasi, pembayaran pajak, dan sebagainya.
Setelah mengetahui beban biaya tersebut, selanjutnya perlu dihitung rata-rata NAB yang didapatkan dari penjumlahan nilai pasar suatu aset, yakni berupa surat utang, deposito, maupun saham dalam reksa dana tersebut.
Contoh perhitungan expense ratio adalah sebagai berikut:
Ambil misal beban biaya investasi reksa dana senilai Rp20 miliar. Lalu, setelah menghitung nilai pasar deposito dan saham reksa dana tersebut, diperoleh nilai rata-rata NAB Rp4 triliun. Maka, expense ratio reksa dana ini sebagai berikut.
Expense Ratio
= Beban Biaya : Rata-Rata NAB
= Rp20 miliar : 4 triliun
= 0.005
Sebagaimana disebut di awal, expense ratio ini dinyatakan dalam bentuk persentase. Maka, hasil barusan dikalikan dengan 100 persen sehingga bisa diperoleh hasil mencapai 0,5 persen.