Jakarta, FORTUNE - Pekan, lalu Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini tumbuh 3,7 persen menjadi US$423,12 miliar atau setara Rp6.029,43 triliun. Lalu, negara mana yang memberikan utang terbesar ke negeri ini?
Berdasarkan data Statistik ULN Indonesia, pada Januari-September 2021 total utang pinjaman ditinjau berdasarkan negara pemberinya mencapai US$214,75 miliar. Jumlah utang menurut negara kreditur ini menyumbang sekitar 50,8 persen terhadap total utang luar negeri Indonesia.
Dalam data Bank Indonesia terungkap setidaknya 15 negara memberikan pinjaman ke Indonesia, antara lain: Singapura, Tiongkok, Amerika Serikat. Mari disimak negara mana yang memberikan utang terbanyak.
Menurut data bank sentral, Singapura masih merupakan kreditur terbesar Indonesia dengan nilai pinjaman US$64,90 miliar, atau 15,3 persen dari total utang luar negeri Indonesia. Posisi sedemikian Singapura ini setidaknya sudah terjadi sejak 2016.
Pada periode sama, Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah pinjaman terbesar kedua ke Indonesia mencapai US$30,69 miliar dengan kontribusi 7,3 persen. Setelahnya, berturut-turut Jepang (6,6 persen), Tiongkok (4,9 persen), dan Hong Kong (3,8 persen). Berikut lisnya.
- Singapura: US$64,90 miliar (kontribusi 15,3 persen total ULN Indonesia)
- Amerika Serikat: US$30,69 miliar (7,3 persen)
- Jepang: US$27,96 miliar (6,6 persen)
- Tiongkok: US$20,91 miliar (4,9 persen)
- Hong Kong: US$16,04 miliar (3,8 persen)
Pertumbuhan: Australia dan Belgia tertinggi
Jika membedah lebih dalam, menariknya ada negara-negara yang pemberian pinjamannya melonjak signifikan pada kurun sama. Australia, misalnya. Nilainya mencapai US$2,05 miliar, atau naik hampir dua kali lipat dari sebelumnya yang hanya US$1,05 miliar.
Pada posisi berikutnya ada Belgia. Meski kecil, nilai pinjaman dari negara ini melonjak 52,3 persen, dari US$66 juta menjadi US$101 juta.
Hong Kong, yang menjadi pemberi pinjaman terbesar kelima, jumlah pinjamannya ke Indonesia juga meningkat 17,8 persen. Dua negara lain yang outstanding pinjamannya juga tumbuh dua digit yaitu Swiss dan Jerman masing-masing 13,2 persen dan 12,8 persen.
Masih terjaga
Meski utang meningkat pada kuartal ketiga 2021, namun posisinya masih terjaga, demikian keterangan Bank Indonesia. Sebagai catatan, penarikan ULN ini, seperti tertera dalam data BI, datang dari tiga sumber: utang pemerintah, bank sentral, dan swasta.
Berdasarkan data BI, utang bank sentral pada periode sama tumbuh tertinggi 226,0 persen menjadi US$9,11 miliar. Setelahnya, utang pemerintah tumbuh 4,1 persen menjadi US$205,54 miliar, dan utang swasta juga meningkat 0,4 persen menjadi US$208,47 miliar.
Menurut BI, utang bank sentral meningkat karena alokasi special drawing rights/SDR dari Lembaga Moneter Internasional (IMF) kepada banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, ini merupakan alokasi khusus dan tidak dikategorikan pinjaman dari IMF lantaran tidak menimbulkan tambahan beban bunga utang dan kewajiban yang akan jatuh tempo ke depan.
“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” kata Kepala Departemen Komunikasi BEI, Erwin Haryono, Senin (15/11).
Menurut Erwin, itu tercermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) di kisaran 37,0 persen, menurun dibandingkan sebelumnya 37,5 persen. Utang sedemikian juga masih didominasi oleh utang jangka panjang dengan kontribusi 88,2 persen.