Susah Nabung & Boros, Ini Kebiasaan Buruk yang Bisa Merusak Keuangan

Perlu ada skala prioritas dalam menetapkan pengeluaran.

Susah Nabung & Boros, Ini Kebiasaan Buruk yang Bisa Merusak Keuangan
ilustrasi manajemen keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Untuk bisa mencapai tujuan keuangan dalam hidup, mengatur keuangan tentu menjadi hal yang penting. Seseorang bisa saja telah berencana mengatur kondisi keuangannya sedemikian rupa, tapi praktiknya mungkin saja lebih sulit. 

Sebab, selain membuat rencana keuangan, menjadi penting juga bagi seseorang untuk mulai mengubah kebiasannya, terutama dalam membelanjakan uang. Kebiasaan buruk terkait pengelolaan keuangan harus ditinggalkan, mulai dari susah menabung, sering boros belanja, hingga tidak memiliki skala prioritas.

Menurut laman Cermati.com, sebanyak apa pun penghasilan seseorang, itu akan percuma jika ia punya kebiasaan buruk dalam soal keuangan. Yang justru bisa terjadi adalah kondisi keuangan seseorang itu makin buruk seiring waktu. Bahkan, kebiasaan buruk ini bisa memiliki dampak negatif jangka panjang.

Para pekerja muda berusia 20 hingga 30 saat ini tengah berada dalam fase yang menentukan perjalanan kariernya. Namun, sayangnya, tidak sedikit pekerja muda yang sering melewatkan momentum ini.

Maka dari itu, para pekerja muda ini mesti mulai merencanakan keuangannya dengan serius, serta menghindari sejumlah kebiasaan buruk untuk bisa mengelola pendapatan secara lebih bijak, sebagaimana dilansir dari laman HSBC.

Berikut sejumlah kebiasaan buruk keuangan yang mesti dihindari agar bisa mencapai tujuan keuangan secara maksimal, dikutip dari berbagai sumber.

1. Tidak memiliki rencana masa depan jelas

ilustrasi mengatur piramida keuangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tidak sedikit pekerja alpa menetapkan rencana keuangan untuk mendukung kebutuhannya pada masa mendatang. Atau, ada juga yang telah membuat perencanaan keuangan, namun belum bisa mewujudkannya karena terlalu nyaman dengan kondisi sekarang, menurut situs web HSBC.

2. Hidup dari gaji ke gaji

ilustrasi administrasi keuangan (unsplash.com/Sasun Bughdaryan)

Laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melansir, pekerja muda mesti memiliki sumber pemasukan lain dari gaji. Mereka, misalnya, bisa membangun bisnis sampingan, atau berinvestasi, untuk mendapatkan pendapatan pasif (passive income).

3. Tidak mencatat pengeluaran

ilustrasi administrasi keuangan (unsplash.com/ Towfiqu barbhuiya)

Kebiasaan mencatat pengeluaran keuangan perlu diterapkan secara konsisten. Seseorang bisa mencatat segala macam pengeluarannya, mulai dari yang rutin seperti tagihan listrik bulanan, sampai pengeluaran kecil seperti jajan, parkir, dan uang tol.

Menurut OJK, mencatat segala bentuk pengeluaran akan membantu dalam kontrol keuangan, dan menghindarkan diri dari gaya hidup boros.

4. Tidak punya dana darurat

ilustrasi administrasi keuangan (unsplash.com/Tyler Franta)

Selain tabungan dan investasi, memiliki dana darurat juga penting. Sebab, sesuai namanya, dana darurat akan membantu seseorang ketika memiliki kebutuhan keuangan mendesak.

Dana darurat merupakan simpanan yang berfungsi untuk mengatasi biaya tidak terduga, seperti turunnya penghasilan karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pemotongan gaji.

Menurut OJK, besar dana darurat sebaiknya enam kali jumlah pengeluaran bulanan.

5. Malas menabung

ilustrasi menabung (unsplash.com/Annie Spratt)

Pekerja kadang bisa tenggelam dalam kenikmatan berbelanja, terutama setelah menerima gaji. Ini akan membuat mereka sulit menabung. Padahal, menabung penting untuk mengantisipasi kebutuhan pada masa mendatang, demikian laman HSBC.

6. Tidak memiliki strategi investasi

ilustrasi investasi (unsplash.com/micheile dot com)

Dikutip dari situs web OJK, banyak orang muda yang menganggap investasi sama dengan menabung. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang cukup kentara.

Menabung adalah kegiatan menyisihkan uang untuk disimpan sebagai cadangan saat terdapat keperluan mendadak, yang biasanya disimpan dalam rekening bank dengan imbal hasil sangat kecil. Sedangkan, investasi merupakan strategi keuangan jangka panjang dengan mengembangkan uang pada instrumen investasi yang memberikan keuntungan lebih besar.

7. Boros belanja dengan kartu kredit

ilustrasi kartu kredit (unsplash.com/rupixen)

Ada pekerja, terutama yang berkesempatan untuk memiliki kartu kredit, yang kemungkinan dapat terjebak kebiasaan buruk keuangan. Sebab, kartu kredit digunakan untuk memenuhi gaya hidup yang terlalu konsumtif, demikian laman HSBC.

Bahkan, jika sudah ketagihan menggunakan kartu kredit, mereka bisa terjebak oleh utang, menurut OJK.

Karena itu, seseorang sebaiknya menghindari berbelanja secara impulsif jika tidak bisa membayar tagihannya tepat waktu. Sebab, bunga yang mesti dibayarkan atas tagihan tersebut dapat membahayakan perencanaan keuangan.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Viral Pertamax Diduga Sebabkan Kerusakan Mesin, Pertamina Minta Maaf
Prabowo Ingin Memastikan Danantara Sesuai Aturan yang Berlaku
MR. DIY Indonesia IPO Desember, Harga Rp1.650–Rp1.870
Nike dan Adidas Kehilangan Dominasi di Sepatu Lari
Menteri Perindustrian RI Tolak Proposal Investasi Apple US$100 Juta
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 25 November 2024