Jakarta, FORTUNE- PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mengalami penurunan Laba Bersih yang cukup signifikan pada 2024.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya mencapai Rp177,79 miliar. Capaian tersebut turun 24,40 persen dibandingkan dengan akhir 2023 yang mencatatkan laba Rp235,17 miliar.
Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan ini adalah melemahnya pendapatan, sementara beban perusahaan justru meningkat.
Sepanjang 2024, Ancol membukukan pendapatan sebesar Rp1,26 triliun, turun tipis 0,62 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,27 triliun. Meskipun penurunan pendapatan tidak terlalu besar, tekanan dari kenaikan beban operasional cukup berdampak terhadap profitabilitas perusahaan.
Jika diperinci, pendapatan dari hotel dan restoran mengalami penurunan paling besar dibandingkan dengan lainnya. Penyusutan mencapai 13,64 persen secara tahunan menjadi Rp76,84 miliar. Pendapatan tiket pun turun dari Rp911,66 miliar pada 2023, menjadi Rp907,18 miliar pada 2024.
Selain itu, pendapatan usaha lainnya masih tumbuh walau tipis, yakni dari Rp275,21 miliar pada 2023 menjadi Rp277,59 miliar pada 2024. PJAA juga mencatat pendapatan yang berasal dari real estate sebesar Rp5,67 miliar
Sementara pendapatan turun, beban perusahaan ini malah meningkat. Ancol membukukan total beban pokok pendapatan dan beban langsung naik 3,85 persen menjadi Rp599,12 miliar.
Tidak hanya laba yang mengecil, Emiten properti dan real estate ini melaporkan penurunan total aset dari Rp3,74 triliun pada posisi 2023 menjadi Rp3,59 triliun per akhir 2024. Namun, jumlah ekuitas perusahaan pada 2024 mengalami peningkatan dari Rp1,64 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp1,71 triliun pada akhir 2024.
Ancol juga melaporkan penurunan signifikan pada saldo kas dan setara kas akhir tahun. Pada 2023 jumlahnya sebesar Rp411,44 miliar, kemudian pada 2024 turun hingga 28,8 persen menjadi Rp 292,78 miliar.