Jakarta,FORTUNE - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB)
memprediksi nilai pengiriman mata uang asing (remitansi) ke Asia Pasifik tumbuh 6,7 persen di akhir 2021. Pertumbuhan tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2020 yang merosot 2,0 persen.
Dilansir Reuters, ADB memperkirakan kenaikan remitansi tahun ini mencapai US$21,2 miliar atau setara Rp300 triliun. "Ini didukung oleh pelonggaran lebih lanjut pembatasan Covid-19 di negara-negara maju," tulis ADB dalam laporan resminya, Selasa malam (28/12).
Nilai remitansi Asia Pasifik diprediksi tumbuh 5,9% di 2022
Sedangkan untuk tahun 2022, ADB memproyeksikan nilai remitansi ke Asia Pasifik masih akan tumbuh 5,9 persen atau mencapai US$19,8 miliar. Nilai tersebut setara Rp282 triliun.
Kawasan Asia Pasifik juga diprediksi menyumbang porsi terbesar di 63,4 persen dari total pengiriman uang di seluruh dunia pada tahun ini hingga tahun 2022.
Remitansi dunia diprediksi capai US$ 34 miliar
ADB juga mengatakan, remitansi uang di seluruh negara dapat mencapai US$ 34 miliar setara Rp484 triliun atau meningkat sebesar 4,8 persen di 2021.
Sedangkan untuk 2022, remitansi juga masih akan meningkat 4,2 persen atau US$ 30,7 miliar atau Rp437 triliun.
Di Indonesia sendiri, Bank Indonesia (BI) mencatat pengiriman uang ke Indonesia dari tenaga kerja Indonesia (TKI) mencapai S$ 2,28 miliar atau setara Rp 32 triliun.
Omicorn pengaruhi nilai remitansi dunia
ADB sendiri sebelumnya telah memangkas perkiraan pertumbuhan remitansi untuk 45 negara berkembang di Asia. Hal tersebut dinilai sebagai dampak risiko dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh varian Omicron.
ADB juga mencatat, sekitar 60 persen dari arus masuk remitansi ke kawasan Asia-Pasifik kemungkinan berasal dari Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa, sementara hampir 30 persen akan berasal dari Timur Tengah.