Jakarta, FORTUNE - Aliran Modal Asing tercatat keluar (capital outflow) dari pasar Indonesia senilai Rp6,63 triliun pasca pelantikan Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024 lalu.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso menjelaskan bahwa transaksi capital outflow itu terjadi pada rentang waktu 21 hingga 24 Oktober 2024, atau minggu keempat Oktober 2024.
Capital outflow ini terjadi pada pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN) yang terdiri dari jual (outflow) neto sebesar Rp3,01 triliun di pasar saham. Serta jual (outflow) neto sebesar Rp4,53 triliun di pasar SBN. Namun untuk pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masih terjadi beli neto (inflow) sebesar Rp901 miliar.
Secara tahunan, aliran modal masih masuk Rp44,48 triliun
Sementara itu, untuk premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 68,04 bps per 24 Oktober 2024, dibandingkan 67,39 bps per 18 Oktober 2024.
Dengan demikian, berdasarkan data total setelmen secara year to date atau selama awal 2024 hingga 24 Oktober 2024, tercatat modal asing masih masuk atau pembelian neto sebesar Rp44,48 triliun di pasar saham, Rp47,31 triliun di pasar SBN, dan Rp195,39 triliun di pasar SRBI.
Untuk yield SBN bertenor 10 tahun tercatat masih meningkat ke 6,75 persen pada Kamis, 24 Oktober 2024, dan kemudian turun ke level 6,68 persen pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Nilai tukar rupiah bertengger di level Rp15.580
Selain itu, BI juga melaporkan perkembangan nilai tukar untuk periode 21 hingga 25 Oktober 2024. Pada Kamis, 24 Oktober 2024, rupiah ditutup di level (bid) Rp15.575 per dolar AS, dan dibuka di level (bid) Rp15.580 per dolar AS pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Adapun indeks dolar (DXY) menguat ke level 104,06, sedangkan yield US Treasury (UST) bertenor 10 tahun naik ke level 4,212 persen.