Jakarta, FORTUNE - Pandemi Covid-19 tidak hanya menjadi salah satu pemicu peningkatan permintaan produk dan layanan kesehatan, tetapi juga meningkatkan digitalisasi layanan kesehatan.
Pada laporan riset Deloitte tahun 2021 disebutkan, sebanyak 75 persen masyarakat lebih memilih untuk menggunakan layanan kesehatan jarak jauh (telehealth) di masa mendatang.
Menyikapi momentum tersebut, layanan perbankan prioritas DBS Treasures dan Bahana TCW bekerja sama menghadirkan Reksa Dana Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity untuk pertama kalinya di Indonesia.
Produk ini merupakan instrumen investasi syariah yang berfokus pada industri sektor kesehatan di pasar luar negeri (offshore) serta mengintegrasikan Environmental dan Social, Governmental (ESG) dalam pengelolaannya. Peluncuran instrumen ini melengkapi rangkaian produk investasi komprehensif yang menjadi solusi investasi bagi nasabah dalam mengelola dan mengembangkan kekayaan.
"Produk ini merupakan produk reksa dana syariah yang berfokus pada pasar saham Amerika Serikat yang saat ini terkonsentrasi pada sektor kesehatan," kata Marketing Director Bahana TCW Danica Adhitama melalui konfrensi video di Jakarta, Selasa (15/3).
Produk bisa dibeli pada 25 Maret 2022
Head of Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung menjelaskan, produk Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity akan efektif mulai 25 Maret 2022.
DBS Treasures juga membuka akses bagi nasabah yang ingin melakukan diversifikasi investasi denominasi USD yang berfokus pada sektor kesehatan yang diperkuat inovasi teknologi.
Dirinya mengatakan, saat ini investasi cukup dengan aplikasi digibank by DBS yang memberikan kemudahan proses registrasi Single Investor Identity (SID), pembelian, penjualan, hingga switching reksa dana yang dapat dilakukan secara online.
Pengeluaran industri kesehatan global diprediksi masih meningkat
Masih dalam laporan riset Deloitte tahun 2021, disebutkan bahwa dalam periode tahun 2020 hingga 2024 pengeluaran untuk industri kesehatan diperkirakan akan meningkat sebesar 3,9 persen per tahun atau meningkat 2,8 persen dari periode 2015-2019 secara global.
Tak hanya itum Danica menjelaskan, dengan berkolaborasi dengan Franklin Templeton, produk ini menerapkan prinsip syariah dan mengintegrasikan ESG dalam pengelolaan portofolio produk.
Menurutnya, perkembangan situasi menuju endemi saat ini didukung perkembangan teknologi yang akan mendorong pembuatan obat yang lebih efektif, pengoperasian data pasien yang kian efisien. Dengan begitu, layanan kesehatan yang semakin canggih, kemampuan para tenaga ahli yang semakin andal, serta pengalaman pasien yang semakin dimudahkan.
Belanja kesehatan di AS tembus US$4 triliun
Menurujuk data DBS Group CIO Insight secara global, sektor kesehatan merupakan salah satu sektor penting. Salah satu indikator dapat dilihat dari pertumbuhan pembelanjaan kesehatan di Amerika Serikat (AS) meningkat dalam 3 dekade terakhir.
Bahkan, di tahun 2020 belanja kesehatan di AS bisa mencapai US$4 triliun. Nilai ini setara dengan 20 persen dari PDB Amerika Serikat secara total.
Hal ini selaras dengan beberapa negara besar lainnya, termasuk Cina, Jepang & negara-negara Eropa. Beberapa faktor pendukung pertumbuhan ini diantaranya meningkatnya populasi yang menua, pesatnya kebutuhan untuk penelitian & pengembangan (R&D) kemajuan medis serta teknologi kesehatan.