Jakarta, FORTUNE – Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) menutup tahun buku 2021 dengan laba bersih senilai Rp86 miliar atau tumbuh kuat 84,0 persen (yoy) jika dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya sebesar Rp47 miliar.
Direktur Keuangan & Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyatakan, kinerja positif ini ditopang bukan saja oleh pendapatan bunga bersih, namun juga oleh pendapatan non-bunga serta pengelolaan biaya operasional yang baik.
“Adalah komitmen kami untuk selalu melakukan transformasi dan memanfaatkan teknologi digital sambil berkolaborasi untuk memberikan layanan terbaik bagi nasabah kami, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah," kata Henky melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (1/4).
Henky menjelaskan, pendapatan bunga bersih tahun 2021 meningkat 8,0 persen dibandingkan pendapatan bunga bersih tahun 2020 menjadi Rp 720 miliar.
Menurutnya, peningkatan ini sendiri tak lepas dari kondisi perekonomian tahun 2021 yang telah lebih stabil sehingga pengelolaan likuiditas Bank Sampoerna dapat dijalankan lebih efisien dengan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) di tingkat 89,6 persen per akhir 2021, dibandingkan 78,4 persen pada akhir tahun 2020.
Kredit tumbuh 3,9%
Sementara itu, kredit yang disalurkan Bank Sampoerna pada akhir tahun 2021 masih tumbuh 3,9 persen ke Rp 8,5 triliun dibandingkan posisi tahun sebelumnya (yoy/ year-on-year).
Pertumbuhan kredit ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit industri perbankan yang tercatat sebesar 3,3 persen selama periode yang sama.
Kinerja yang dicapai juga tanpa meninggalkan kehati-hatian. Dengan pengelolaan yang baik, rasio kredit bermasalah (NPL/ non-performing loan) dapat ditekan lebih rendah 10 basis poin pada akhir tahun 2021 menjadi 2,7 perse dibandingkan dengan rasio yang sama pada satu tahun sebelumnya.
Fokus digital buat pendapatan non bunga tumbuh 77,6%
Transformasi digital yang secara konsisten terus diusahakan Bank Sampoerna juga memberikan dampak yang baik pada kinerja keuangan Bank Sampoerna. Pendapatan operasional non-bunga pada tahun 2021 mengalami peningkatan signifikan sebesar 77,6 persen (yoy) menjadi Rp 42 miliar.
Meski tidak terlepas dari dampak penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, jumlah transaksi digital terus bertumbuh dan untuk tahun 2021 mencapai sebesar 33,1 juta transaksi atau diklaim meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan jumlah transaksi sepanjang tahun 2020.
"Hingga akhir 2021 sendiri, pembiayaan yang disalurkan Bank Sampoerna melalui perusahaan P2P dan fintech lending meningkat lebih dari 10 kali lipat hingga ratusan miliar rupiah dibandingkan penyaluran pada akhir tahun 2020,” pungkas Henki.
Modal inti capai Rp2,05 triliun
Sesuai dengan Peraturan OJK No. 12 /POJK.03/2020 yang mewajibkan perbankan memiliki modal inti Rp2 triliun di tahun 2021, per Desember 2021 modal inti Bank Sampoerna tercatat sebesar Rp2,05 triliun.
“Puji syukur bahwasanya Bank Sampoerna pada tahun 2021 selain mencatatkan kinerja yang baik, juga telah memperkuat struktur pemodalannya dengan modal inti melampaui Rp2 triliun," kata Direktur Utama Bank Sampoerna Ali Rukmijah.
Alhasil modal Bank Sampoerna semakin kuat dengan rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,0 persen.
Dengan pencapaian tersebut, Bank Sampoerna mengaku siap untuk meningkatkan modal lebih lanjut menjadi Rp 3 triliun sebelum akhir tahun 2022.