Bayar Utang Pemerintah, Cadangan Devisa RI Turun jadi US$134,9 Miliar

Ini faktor yang perlu diantisipasi untuk jaga Cadev.

Bayar Utang Pemerintah, Cadangan Devisa RI Turun jadi US$134,9 Miliar
Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia mencapai US$134,9 miliar pada September 2023. Posisi tersebut turun US$2,2 miliar jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2023 sebesar US$137,1 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menyatakan, salah satu penyebab penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. “Dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global,” jelas Erwin melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (6/10).

Meski demikian BI memandang posisi cadangan devisa tersebut masih setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu posisi tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Erwin.

Ini faktor yang perlu diantisipasi untuk jaga Cadev

ilustrasi devisa negara (unsplash.com/micheile henderson)

Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyatakan ke depannya cadev RI masih dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti neraca perdagangan dan harga komoditas. Namun demikian, Josua menilai pergerakan cadev masih akan positif yang didorong oleh instrumen kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) .

“Kami melihat penerapan instrumen DHE Valas BI untuk menampung minimal 30 persen hasil ekspor selama 3 bulan di dalam negeri diharapkan dapat mengendalikan cadangan devisa,” jelas Josua.

Selain itu, pihaknya memandang Pemerintah harus mengantisipasi ketidakpastian terkait arah suku bunga Fed ke depan. Seperti diketahui, pertemuan FOMC berikutnya berlangsung pada bulan November 2023. Josua menyebut, ruang untuk penurunan suku bunga masih sangat terbuka pada tahun 2024.

“Hal ini dapat mengubah risk appetite investor, sehingga berpotensi mendorong arus masuk ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Instrumen lainnya yakni SRBI juga diperkirakan akan dapat mendorong arus modal asing masuk pada akhir tahun,” jelas Josua.

Dengan demikian, secara keseluruhan, pihaknya memperkirakan cadangan devisa akan mencapai US$133 miliar hingga US$138 miliar dan Rupiah akan ditutup pada kisaran Rp15.300-15.500 per dollar AS pada akhir tahun 2023.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Profil Rahmat Shah, Pengusaha Sukses dan Ayah Raline Shah
Berapa Harga 1 Lot Saham BBRI? Ini Rincian dan Kinerjanya
Profil Pemilik Kopi Tuku, Rintis Usaha dari Tugas Kuliah
4 Sosok Konglomerat Pengendali Saham CBDK usai Debut IPO
Layanan Marketplace Bukalapak Tutup, Dampak dari Predatory Pricing
Hashim Djojohadikusumo Beli Induk WIFI, Saham Sentuh ARA