Jakarta, FORTUNE - International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 5,4 persen. Padahal, di Januari 2022 proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,6 persen.
Namun demikian, IMF memandang ekonomi RI masih akan kuat hingga 2023 dengan sejumlah catatan. "Otoritas telah merespons dengan paket kebijakan yang berani dan komprehensif yang berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan," dikutip dalam laporan Article IV Consultation IMF tahun 2021 yang baru saja dirilis hari ini, (23/3).
IMF sampaikan sejumlah rekomendasi
Dewan Direktur IMF juga menyampaikan sejumlah apresiasi dan catatan rekomendasi terhadap berbagai kebijakan yang ditempuh Indonesia.
Pertama, IMF mengharapkan komitmen otoritas RI untuk mengembalikan batas atas defisit fiskal sebesar 3 persen pada 2023 secara gradual. Kedua, IMF juga mengharapkan komitmen otoritas kebijakan moneter untuk berada ahead of the curve dengan tetap memerhatikan tingkat inflasi.
Pada catatan ketiga, IMF mengapresiasi upaya otoritas untuk mendorong pendalaman dan inklusi pasar keuangan, khususnya melalui digitalisasi. Keempat, IMF mengapresiasi komitmen otoritas untuk melanjutkan reformasi struktural melalui reformasi di sektor riil dan sektor keuangan untuk meningkatkan investasi. Terakhir, IMF mengapresiSi komitmen otoritas untuk mengatasi dan memitigasi perubahan iklim.
IMF cermati sejumlah risiko global
Meskipun demikian, IMF mencermati beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai, terutama terkait dengan munculnya varian virus baru dan kemungkinan pengetatan kondisi keuangan global akibat normalisasi kebijakan moneter yang lebih cepat dari perkiraan.
Lebih lanjut, IMF menyampaikan rekomendasi kebijakan tersebut sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia (BI), terutama terkait normalisasi kebijakan likuiditas, financial deepening dan digitalisasi.
Jaga stabilitas, BI optimalkan bauran kebijakan
Menanggapi proyeksi IMF tersebut, Kepala Departemen Komunikasi, Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono menilai sejumlah poin yang disampaikan IMF sejalan dengan hasil asesmen BI yang memperkirakan momentum perbaikan ekonomi nasional akan berlanjut pada 2022.
"BI terus mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi nasional," kata Erwin.
Sinergi kebijakan dengan otoritas terkait juga terus dilakukan, khususnya dalam rangka akselerasi vaksinasi, pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif, dan upaya mendorong peningkatan pembiayaan pada sektor-sektor prioritas.