Jakarta, FORTUNE - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni P. Joewono menyampaikan, transformasi digital perbankan terus berlanjut dan mendukung pertumbuhan fintech. Hal tersebut ditunjukkan dengan transaksi kanal pembayaran digital perbankan yang tumbuh sebesar 26,44 persen secara year on year (yoy).
"Perbankan dan fintech perlu berkolaborasi dan berkompetisi untuk meningkatkan kualitas layanan. Ke depan, akselerasi transaksi digital memerlukan infrastruktur yang cepat, efisien dan aman," kata Doni pada acara 4th Indonesia Fintech Summit (IFS) secara virtual dari Jakarta, Kamis (10/11).
Untuk mengoptimalkan hal tersebut, lanjut Doni, BI melangkah bersama transformasi digital bagi pemulihan ekonomi melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 guna menciptakan ekosistem pembayaran digital yang sehat.
"Melalui sinergi regulator dan industri untuk menghadapi tantangan sehingga bermanfaat bagi masyarakat,” tutur Doni.
Adaptasi digital jadi 'denyut nadi' baru perekonomian Bali
Inovasi dan sinergi dalam kebijakan ekonomi serta layanan keuangan digital tidak hanya dibutuhkan di level nasional, tapi juga kontribusi dari berbagai pihak secara regional. Bali sebagai lokasi perhelatan 4th Indonesia Fintech Summit dan Bulan Fintech Nasional 2022 merupakan pulau dengan banyak potensi, termasuk perkembangan fintech yang juga menjanjikan di segala sektor di Bali.
Dalam kesempatan ini, Sekretaris Daerah Provinsi Bali I Ketut Adiarsa menyampaikan pidato Gubernur Bali Wayan Koster yang menyambut baik penyelenggaraan kegiatan rutin dari AFTECH terkait industri fintech.
Koster memberikan contoh bahwa keberhasilan para pelaku usaha tradisional dalam melakukan ekspansi bisnis berkat adanya dukungan dari teknologi digital dan fintech.
“Adopsi teknologi digital, termasuk pemanfaatan fintech oleh para pelaku bisnis saat ini telah menjadi bagian baru dari ‘denyut nadi’ perekonomian di Bali,” ujar Koster.
Data masih jadi tantangan pembiayaan UMKM
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi menyebutkan hingga saat ini pembiayaan kepada UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah terkait data.
“Kita selalu menyebutkan adanya 65 juta UMKM di Indonesia. Pertanyaan saya, dan kami sudah melakukan validasi, apakah data tersebut masih relevan?” ujar Adrian.
Adrian memaparkan, berdasarkan sebuah riset yang dilakukan bersama dengan salah satu lembaga riset, demografi UMKM di Indonesia sudah sangat jauh berubah seiring dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini.
Jika dilihat lebih dalam, sektor UMKM saat ini terbagi ke dalam empat subsegmen di mana terdapat pemain-pemain baru yang dulu belum ada sebelumnya, seperti konten kreator youtube, pelaku digital advertising dan lain-lain. Pemahaman akan jenis bisnis UMKM yang ada ini sangat penting untuk memetakan sejumlah hal dalam upaya pendanaan.
“Jadi, sebenarnya tantangan terbesar bagi kami selaku penyedia pendanaan bagi UMKM, yakni bagaimana kami harus memulai, bagaimana kami harus melakukan penskalaan, bagaimana kami bisa menjaga risiko yang ada guna memastikan industri fintech lending bisa terus bertumbuh tetapi juga bisa memiliki portofolio yang bagus,” pungkasnya.