Jakarta, FORTUNE - Pemulihan perekonomian global terus berlanjut, meskipun masih terdapat kesenjangan antar negara akibat perbedaan akses terhadap vaksin dan ruang untuk dukungan kebijakan.
Bank Indonesia (BI) memandang pemulihan global masih menghadapi berbagai faktor risiko terutama kekhawatiran cepatnya penyebaran varian Delta. Menurut BI, kekhawatiran munculnya varian virus baru yang lebih agresif membuat ketidakpastian outlook perekonomian meningkat.
"Exit strategy yang well calibrated, well planned, dan well communicated penting untuk memastikan seluruh negara dapat pulih secara bersama-sama," kata Gubernur BI Perry Wajiyo melalui keterangan resminya di Jakarta (15/10).
Hal tersebut dibahas dalam rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank), termasuk di dalamnya pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 yang diselenggarakan secara hybrid pada tanggal 11-15 Oktober 2021, dihadiri oleh Gubernur BI dan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati.
IMF proyeksikan ekonomi global 5,9% di 2021
IMF memproyeksikan perekonomian global tumbuh sebesar 5,9 persen pada tahun 2021, kemudian mengalami moderasi pertumbuhan ke 4,9 persen pada tahun 2022. Revisi ke bawah pertumbuhan 2021 mencerminkan penurunan pertumbuhan di negara maju, karena adanya disrupsi pasokan, dan di negara berpendapatan menengah ke bawah, karena memburuknya dinamika pandemi.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan akan ditopang oleh menguatnya prospek jangka pendek negara eksportir komoditas dari kelompok negara berkembang.
Selain itu, perubahan iklim dan reformasi digital juga muncul sebagai tantangan besar secara global. IMF berkomiten untuk terus mendukung negara-negara anggotanya untuk menghadapi tantangan yang berkembang.
Pentingnya reformasi struktural dorong pemulihan ekonomi
Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 pada 13 Oktober 2021, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyampaikan pentingnya melanjutkan reformasi struktural guna mendorong pemulihan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Pada kesempatan tersebut Deputi Gubernur BI juga menyampaikan pentingnya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah ketidakpastian perkembangan pandemi. Tak hanya itu, Budi juga mencermati kenaikan inflasi di negara maju yang berpotensi menimbulkan efek rambatan kepada negara berkembang.
Untuk itu, diperlukan koordinasi dan komunikasi kebijakan pada tataran global untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap perkembangan dan kebijakan yang diimplementasikan.
"Pntingnya melanjutkan upaya bersama dalam meningkatkan efisiensi pembayaran lintas batas dan melanjutkan diskusi mengenai dimensi makrofinansial dan aspek interoperability dari Central Bank Digital Currency," kata Budi melalui keterangan resminya di Jakarta, (15/10).
RI dukung negara miskin atasi pandemi
Indonesia juga menyampaikan dukungan terhadap program IMF guna membantu negara miskin dan rentan dalam mengatasi pandemi dan mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyampaikan rencana Presidensi G20 Indonesia yang akan mengangkat tema 'Recover Together and Recover Stronger' untuk mengatasi tantangan global dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan yang berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas, resiliensi, stabilitas, ekonomi hijau, dan ekonomi inklusif.
Delegasi Indonesia juga melakukan serangkaian pertemuan dengan beberapa negara G20 untuk menjelaskan rencana Presidensi G20 Indonesia dan juga memperoleh dukungan untuk kelancaran pelaksanaan Presidensi pada tahun 2022.