Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), Nixon L.P. Napitupulu menyatakan bahwa pihaknya batal untuk mengAkuisisi Bank Muamalat Indonesia, Tbk. (Bank Muamalat) untuk dijadikan cangkang bisnis BTN Syariah.
Hal itu diungkap Nixon saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR. Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan meneruskan proses due diligence. “Kami sudah sampaikan ke OJK, cuma kami belum lakukan keterbukaan informasi bahwa kami tidak akan lakukan akuisisi Bank Muamalat dengan berbagai alasan, yang bisa kami sampaikan kemudian pada saat tertutup. Jadi kami tidak akan meneruskan,” ungkap Nixon.
Ia tidak berkenan membeberkan alasan utama batalnya proses akuisisi tersebut. Hal itu untuk menjaga kesepakatan bersama antara BTN dan Bank Muamalat. Namun demikian, keputusan itu merupakan hasil kesepakatan bersama antara bank dan pemegang saham termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mengingat BTN merupakan bank plat merah.
“Secara umum dapat kami sampaikan bahwa ini juga hasil dari konsultasi ke pemegang saham dalam hal ini Pak Menteri dan Pak Wamen BUMN,” jelas Nixon.
KNEKS ungkap penyebab batalnya akuisisi
Sebelumnya, Direktur Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat menilai batalnya akuisisi dan merger BTN Syariah dan Muamalat terjadi akibat adanya perbedaan visi. Tak hanya itu, Ia mengungkap bahwa ada desakan dari sejumlah pihak agar Muamalat dibiarkan berdiri sendiri di luar BUMN.
“Saat melakukan due diligence, kedua pihak mungkin merasa tidak memiliki visi yang sama dan akhirnya memilih strategi berbeda,” kata Sutan.
Selain itu, Ia memandang adanya sejumlah kendala teknis yang memerlukan waktu lama untuk diselesaikan, seperti masalah akad kredit nasabah yang sudah ada atau struktur pemegang saham Bank Muamalat itu sendiri.
“Kalau hambatannya terlalu banyak, mungkin berpisah adalah pilihan terbaik. Karena, jika terus dipaksakan, malah hasilnya bisa tidak bagus untuk semuanya,” katanya.
Proses akuisisi ditargetkan rampung sebelum 2025
Sebelumnya, Nixon juga menyampaikan bahwa pihaknya telah berpaling dari Bank Muamalat dan sedang melirik bank syariah lain yakni Bank Victoria Syariah. Meski demikian, Ia masih belum memberikan keputusan pasti terkait siapa yang bakal diakuisisi. Meski begitu, Ia menyebut bahwa aksi akuisisi akan selesai dan tuntas sebelum aturan spin-off diberlakukan pada akhir 2025.
"Untuk spin-off dan aksi korporasi kita targetkan selesai sebelum November 2025," tambah Nixon saat menjawab pertanyaan Fortune Indonesia kala ditemui di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Senin (24/6).
Hingga saat ini menurutnya bisnis BTN Syariah masih sangat positif. Ia optimis bank syariah ini mampu membukukan laba Rp1 triliun hingga akhir 2024 dengan kualitas NPF yang akan di jaga sekitar 2 persen. Seperti diketahui, BTN Syariah di kuartal I 2024 mencatat laba bersih sebesar Rp164,1 miliar. Kenaikan laba bersih BTN Syariah ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang meningkat 20 persen menjadi Rp39,1 triliun pada kuartal I 2024, dibandingkan dengan periode tahun 2023 sebesar Rp32,6 triliun.