Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00 persen. Dengan kebijakan ini, bank sentral berharap dapat memacu penyaluran kredit perbankan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo bahkan memproyeksikan kredit perbankan nasional akan mampu tumbuh hingga 12 persen di akhir 2024.
“Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” kata Perry saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (18/9).
Kredit masih tumbuh 11,40%
Untuk pertumbuhan kredit hingga Agustus 2024 sendiri tetap kuat mencapai 11,40 persen secara year on year (yoy). Perry menjelaskan, perkembangan ini ditopang oleh minat permintaan kredit yang terjaga, pendanaan yang memadai, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, serta dukungan stimulus Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
“Pertumbuhan kredit juga didukung oleh sisi permintaan yang tetap baik dari korporasi, terutama korporasi di sektor padat modal, sedangkan permintaan kredit korporasi di sektor padat karya perlu terus ditingkatkan,” kata Perry.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, yang masing-masing tumbuh sebesar 10,75 persen (yoy), 13,08 persen (yoy), dan 10,83 persen (yoy). Sementara itu, pembiayaan syariah dan kredit UMKM tumbuh masing-masing sebesar 11,61 persen (yoy) dan 4,42 persen (yoy). Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) perbankan pada Juli 2024 terjaga rendah, sebesar 2,27 persen (bruto) dan 0,79 persen (neto).
BI telah salurkan Rp256 triliun untuk insentif likuiditas bank
Sementara itu, hingga minggu kedua September 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp256,1 triliun. Dari nilai tersebut, sebesar Rp118,6 triliun disalurkan kepada kelompok bank BUMN. Sedangkan untuk Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp110,5 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp24,4 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp2,6 triliun.
“Insentif KLM tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yaitu hilirisasi minerba dan pangan, UMKM, Sektor otomotif, perdagangan dan listrik, gas dan air, serta sektor Pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Perry
Di sisi lain, ketahanan sistem keuangan terjaga baik. Likuiditas perbankan pada Agustus 2024 tetap memadai, tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi sebesar 25,37 persen. Sedangkan untuk rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Juli 2024 tergolong kuat yang tercatat tinggi sebesar 26,56 persen, sehingga mampu menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit.
“Ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini,” pungkas Perry.