DBS Indonesia Salurkan Pinjaman Berjangka Hijau ke Kaer

Peralatan CaaS mewakili 20 persen konsumsi listrik.

DBS Indonesia Salurkan Pinjaman Berjangka Hijau ke Kaer
DBS Indonesia Salurkan Pinjaman Berjangka Hijau ke Kaer/Dok DBS Indonesia
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE- PT Bank DBS Indonesia  (DBS Indonesia) menyalurkan pinjaman berjangka hijau ke PT Kaer Investments Indonesia (Kaer) untuk memajukan agenda keberlanjutannya dengan memperluas kehadirannya di Indonesia. 

"Ini adalah kesepakatan terkait keberlanjutan perdana kami di segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM), yang menandai tonggak penting yang dicapai dengan klien kami dalam memajukan agenda keberlanjutan," kata Head of Institutional Banking Group DBS Indonesia, Kunardy Lie melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Kamis (13/6). 

Bank DBS Indonesia memang aktif mempromosikan agenda keberlanjutan, dengan tujuan untuk bermitra dengan para nasabah dalam perjalanan mereka menuju model bisnis yang lebih rendah karbon. Seperti diketahui sebelumnya, pada tahun 2023, Bank DBS Indonesia memperluas portofolionya dengan menyalurkan kredit terkait ESG sebesar Rp6,1 triliun. 

Peralatan CaaS mewakili 20 persen konsumsi listrik

Petugas PLN melakukan pengecekan dan perbaikan listrik. (dok. PLN)

Kaer adalah perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam menyediakan pendingin untuk bangunan komersial dan industri di seluruh Asia serta menjadi pelopor model bisnis Cooling as a Service (CaaS) untuk membantu pemilik aset mempercepat transisi mereka ke pendinginan rendah karbon. 

CaaS telah diakui secara global sebagai cara yang paling berkelanjutan untuk mendinginkan bangunan dan bisnis yang sepenuhnya selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bahkan, berdasarkan tren saat ini, peralatan pendingin atau CaaS mewakili 20 persen dari total konsumsi listrik–dan diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050. 

Seperti diketahui, perubahan iklim, pertumbuhan populasi dan peningkatan pendapatan, serta urbanisasi meningkatkan permintaan pendinginan. Seiring dengan meningkatnya suhu, sangat penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi dari sektor pendinginan sekaligus meningkatkan akses ke pendinginan berkelanjutan. 

Chief Executive Officer Kaer Investments Justin Taylor menyampaikan rasa terima kasih atas kemitraan dan dukungan dari Bank DBS Indonesia dalam memperluas portofolio bisnis Kaer di seluruh Indonesia. 

"Momentum untuk CaaS terus berkembang di seluruh wilayah dan Indonesia merupakan peluang yang fantastis bagi Kaer untuk memberikan keuntungan yang signifikan terhadap target dekarbonisasi kami yang agresif. Hal ini didorong oleh ukuran dan perkiraan pertumbuhan pasar pendingin, permintaan akan pendingin rendah karbon, dan ketersediaan energi terbarukan," kata Justin. 

Setiap sistem pendingin dalam portofolio Kaer memenuhi peringkat keberlanjutan tertinggi di wilayah mereka dan mematuhi semua standar ESG lokal dan internasional. Kaer juga menyediakan solusi pendinginan yang didukung oleh energi terbarukan, dengan beberapa aset dalam portofolio yang menggunakan 100 persen pendinginan bertenaga surya. Melalui model Cooling as a Service, portofolio Kaer menghemat lebih dari 35.000 metrik ton CO2 setiap tahunnya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil