Dorong Dekarbonisasi, Kredit ESG DBS Group Capai S$52,7 miliar

DBS berkomitmen tidak menyalurkan kredit ke batu bara.

Dorong Dekarbonisasi, Kredit ESG DBS Group Capai S$52,7 miliar
Chief Executive Officer DBS Piyush Gupta saat Konferensi Pers Komitmen Dekarbonisasi DBS
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - DBS Bank Ltd (DBS) mengumumkan komitmennya untuk melakukan dekarbonisasi interim yang ditetapkan untuk target 2030. Tak hanya itu, bank asal Singapura tersebut juga terus memperkuat komitmen terhadap kredit ESG dan emisi nol bersih pada 2050. Komitmen tersebut tertuang dalam laporan teranyarnya bertajuk “Our Path to Net Zero – Supporting Asia’s Transition to a Low-carbon Economy”.

Chief Executive Officer DBS Piyush Gupta, mengungkapkan, DBS terus meningkatkan bisnis pembiayaan berkelanjutan dan meningkatkan portofolio keuangan berkelanjutan.

“Portofolio keuangan berkelanjutan DBS mencapai S$52,7 miliar per 30 Juni 2022, melampaui target S$50 miliar jauh sebelum 2024,” kata Piyush melalui konferensi video, Selasa (13/9).

DBS incar 9 sektor dekarbonisasi

Ilustrasi karbon netral. (Pixabay/Geralt)

DBS juga mencatat sembilan sektor industri yang menjadi sasaran dekarbonisasi miliknya yakni sektor sumber daya, minyak dan gas, otomotif, hingga aviasi. Selain itu, DBS juga menyasar sektor ekspedisi, baja, real estat hingga agribisnis serta sektor kimia.

Kesembilan sektor tersebut mewakili segmen perbankan institusional penghasil emisi karbon terbesar yang dibiayai oleh DBS. Sektor tersebut bahkan mewakili 31 persen dari pinjaman DBS yang belum dilunasi.

Dengan beragam sektor di atas, Piyush mengklaim komitmen DBS menjadi salah satu bank yang sangat lengkap menerapkan dekarbonisasi di antara bank-bank global lainnya. Dirinya menyebut, pendekatan bank dalam menetapkan target juga melalui berbasis ilmu pengetahuan, sejalan dengan The International Energy Agency’s Net Zero Emissions by 2050 Scenario (IEA NZE).

DBS berkomitmen tidak menyalurkan kredit ke batu bara

Ilustrasi batu bara ITMG. (Website ITMG)

Dalam kesempatan yang sama, DBS juga menegaskan komitmennya untuk tidak lagi menyalurkan kredit untuk batu bara mulai dari April 2019 lalu. Sejak itulah, DBS secara bertahap juga mengurangi pembiayaan untuk batu bara. Pada saat yang sama, DBS juga terus meningkatkan dukungan terhadap sektor energi terbarukan.

“Peningkatan terhadap proyek energi terbarukan terus dilakukan, sebesar S$5,9 miliar pada 2021 dari S$4,2 miliar pada 2020,” kata Group Head, Institutional Banking Group DBS Tan Su Shan.

Dirinya menambahkan, kemampuan bank untuk mencapai ambisi emisi nol bersih sangat bergantung pada keberhasilan setiap perusahaan lain sebagai kreditur.

Pada 2019 juga, lanjut Tan, DBS telah menjadi bank pertama di Singapura yang mengadopsi Prinsip Ekuator. Prinsip Ekuator adalah kerangka kerja manajemen risiko yang diakui secara global yang diadopsi oleh lembaga keuangan untuk menentukan, menilai dan mengelola risiko lingkungan dan sosial dalam proyek infrastruktur.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya