Jakarta,FORTUNE - Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berpotensi meningkat pada kuartal IV-2021 menjadi 5,04 persen (yoy). Atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya di 3,51 persen (yoy).
Hal tersebut diungkap Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan saat media gathering Bank Mandiri secara virtual di Jakarta Rabu (8/12). Dengan demikian, untuk keseluruhan tahun 2021 dirinya memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI bisa mencapai 3,69 persen (yoy).
"Memasuki kuartal IV 2021, berbagai indikator ekonomi di dalam negeri menunjukkan perbaikan. Mobilitas masyarakat pada bulan November 2021 telah meningkat melampaui level pra-pandemi," kata Panji.
Sektor penunjang PDB RI masih melambat
Panji memandang sektor-sektor yang memiliki proporsi terbesar terhadap PDB masih melambat pada triwulan III 2021 dibandingkan dengan triwulan II 2021.
Pertumbuhan sektor manufaktur, perdagangan besar dan eceran, serta konstruksi pada triwulan III 2021 melambat masing-masing menjadi 3,7 persen, 5,2 persen, dan 3,8 persen yoy.
"Sektor lainnya yang berhubungan dengan mobilitas masyarakat seperti sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, mengalami kontraksi pada triwulan III 2021, masing-masing sebesar 0,7 persen dan 0,1 persen," kata Panji.
Kondisi eksternal RI dipercaya mampu tahan gejolak global
Pada bulan Oktober 2021, surplus neraca perdagangan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar US$5,7 miliar atau setara dengan Rp81,8 triliun. Sedangkan Akumulasi surplus neraca perdagangan dari Januari sampai dengan Oktober 2021 mencapai US$30,8 miliar atau setara dengan Rp442 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan Januari sampai Oktober 2020 yang sebesar US$16,9 miliar atau setara Rp242 triliun.
Panji menilai, kondisi eksternal Indonesia yang sangat baik diperkirakan akan mampu menahan gejolak pasar yang timbul karena dampak dari normalisasi kebijakan moneter di negara- negara maju khususnya AS, atau yang juga biasa disebut dengan tapering off.
Sementara itu, neraca transaksi berjalan Indonesia pada triwulan III 2021 mengalami surplus US$4,47 miliar setara Rp64 triliun atau 1,49 persen terhadap PDB, didorong oleh peningkatan surplus neraca barang.
Kebijakan moneter diprediksi tetap akomodatif
Sementara itu di sisi internal, kebijakan moneter dan fiskal masih tetap akomodatif di tengah masih tingginya risiko ketidakpastian pandemi Covid-19.
Inflasi yang terkendali memberi ruang kepada BI untuk tetap menahan suku bunga kebijakan pada level terendah sepanjang sejarah pada 3,5 persen untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Di sisi fiskal, realisasi belanja Pemerintah terus ditingkatkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Kontribusi APBN terhadap pemulihan ekonomi juga didukung oleh kinerja program-program penanganan Covid-19.
Sebagai informasi saja, realisasi PEN sampai dengan tanggal 19 November 2021 telah mencapai Rp495,8 triliun atau 67 persen dari pagu yang sebesar Rp744,8 triliun.
Sementara itu realisasi belanja modal, yang meliputi berbagai proyek infrastruktur, belanja barang, penyaluran berbagai program bantuan sosial, serta pembiayaan investasi juga terus mengalami akselerasi.