Jakarta, FORTUNE - PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) mengumumkan bahwa pemegang Saham pengendalinya yakni PT Akulaku Silvrr Indonesia dan Rockcore Financial Technology Co. Ltd (Akulaku Group) akan melakukan divestasi saham menjadi 30 persen.
Hal itu tertuang dalam hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) bank dengan kode saham BBYB. Dalam pengumuman tersebut, divestasi akan dilakukan oleh Akulaku Group secara bertahap sebesar 2 persen per tahun selama maksimal 5 tahun. Dengan demikian, kepemilikan saham Akulaku Grup pada BNC akan berkurang menjadi 30.
Seperti diketahui, data RTI mencatat komposisi saham Akulaku Group di BBYB sebesar 39,95 persen. Dari jumlah tersebut terbagi menjadi 34,45 persen milik PT Akulaku Silvrr Indonesia dan 5,52 persen digenggam oleh Rockcore Financial Technology.
BNC membuka peluang masuknya investor baru
Menanggapi kondisi tersebut, manajemen BBYB menyatakan bahwa pihaknya terbuka peluang bila ada Investor baru yang akan mau masuk. Namun, pihaknya juga menyiapkan opsi lain untuk memperkuat modal
"Pelaksanaan divestasi dapat dilakukan terhadap termasuk namun tidak terbatas pada masuknya pemegang saham strategis baru baik melalui pelaksanaan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau aksi korporasi lainnya," tulis perseroan.
Selain dipegang oleh Group Akulaku, saham dari BBYB digenggam juga oleh PT Gozco Capital sebesar 7,21 persen. Sedangkan sisanya, sebanyak 52,2 persen saham dimiliki masyarakat.
Tak lagi rugi, BNC catat laba Rp4,06 miliar
Sebelumnya, Bank Neo Commerce mampu mengubah rugi menjadi laba sebesar Rp4,06 miliar di sembilan bulan pertama di tahun 2024. Capaian ini utamanya merupakan hasil dari kemampuan Bank dalam menurunkan beban operasional.
Di samping, BNC juga berhasil meningkatkan penyaluran kredit terhadap segmen korporasi yaitu senilai Rp2,31 triliun pada posisi September 2024, naik sebesar 88,01 persen dari Rp1,23 triliun pada September 2023.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Eri Budiono mengatakan bahwa pihaknya menerapkan pengelolaan layanan operasional perbankan yang efisien antara lain melalui optimalisasi layanan transaksi perbankan digital serta penerapan digitalisasi pada proses bisnis. Hal ini tercermin dari Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BNC yang terus mengalami penurunan, menjadi sebesar 99,88 persen di kuartal III 2024, turun dari 116,91 persen di kuartal III 2023.
“Bank Neo Commerce tetap berkomitmen untuk menyediakan layanan keuangan yang dapat menjadi solusi bagi berbagai tantangan yang dihadapi oleh nasabah. Sepanjang tahun 2024 ini, kami berhasil menjalankan operasional perbankan yang lebih pruden dan terukur yang membuat kami berhasil mencatatkan laba hingga akhir Kuartal III 2024,” kata Eri.
Apabila dilihat dari rasio kecukupan modal, BNC juga mencatatkan pertumbuhan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang cukup signifikan, meningkat 7,83 persen year to date menjadi 34,18 persen pada posisi September 2024 dari sebelumnya 26,35 persen di posisi September 2023. Meningkatnya CAR menunjukkan semakin baiknya kemampuan Bank untuk menanggung risiko dari kredit yang diberikan dan menunjang kemampuan Bank untuk dapat terus meningkatkan pertumbuhan kredit.
Terkait dengan catatan kinerja lainnya, sampai dengan posisi September 2024, BNC mencatatkan perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp14,14 triliun, terjadi koreksi sebesar 7,59 persen, dari Rp15,30 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Momentum ini merupakan hal yang baik, karena seiring dengan semakin lengkapnya layanan dan produk perbankan yang kami miliki dan semakin aktifnya nasabah menggunakan layanan yang tersedia, kami tetap berhasil menjalankan operasional perbankan yang semakin efisien dan lebih baik lagi,” pungkas Eri.