Jakarta, FORTUNE - Hari Asuransi diperingati setiap tanggal 18 Oktober yang juga bertepatan dengan Bulan Inklusi Keuangan. Pada tahun ini, perayaan hari asuransi menjadi refleksi tersendiri di tengah turunnya inklusi keuangan nasional.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Yulius Bhayangkara saat menghadiri Konferensi Pers Rangkaian kegiatan dalam rangka Hari Asuransi 2024 di Perpustakaan Nasional Jakarta, (18/10).
Ia menyatakan, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 2 Agustus 2024 mencatatkan indeks inklusi keuangan tahun ini sebesar 72,02 persen sementara di tahun 2022 sebesar 85,10 persen. Hal ini menunjukan menurunnya indeks inklusi keuangan di masyarakat Indonesia.
“Peringatan Hari Asuransi bukan sekedar seremonial tahunan, tetapi ini merupakan momentum bagi kita semua untuk merefleksikan peran penting asuransi dalam kehidupan masyarakat,” kata Yulius.
Penetrasi asuransi Indonesia terendah di Asia Tenggara
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Ogi Prastomiyono menyatakan bahwa penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan catatan OJK, pada Agustus 2024 penetrasi asuransi Indonesia tercatat hanya 2,78 persen. Kondisi itu tertinggal bila dibandingkan dengan penetrasi asuransi Thailand yang mencapai 5,50 persen dan Singapura yang mencapai 12 persen.
“Penetrasi rate asuransi di Indonesia terendah di Asia Tenggara. Densitas juga rendah, sementara potensi yang dimiliki oleh Indonesia itu sangat besar. Jadi kita negara, kita akan membutuhkan lebih dari 270 juta,” kata Ogi.
Meski demikian, hasil SNLIK menunjukan bahwa indeks literasi keuangan Masyarakat Indonesia masih naik menjadi sebesar 65,43 persen bila dibanding tahun 2022 yang hanya 49,68 persen. Kondisi ini disyukuri oleh Ogi, bahwa kondisi itu sesuai dalam tagline Hari Asuransi Nasional tahun ini ialah pahami, miliki, lindungi.
“Untuk perasuransian ini pahami dulu baru miliki. Jadi dalam setiap kehidupan manusia itu pasti ada risikonya, itu perlu kita kelola dengan asuransi,” kata Ogi.
Ignasius Jonan: asuransi harus jaga kepercayaan masyarakat, jangan lari
Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas DAI, Ignasius Jonan juga menekankan perbaikan kinerja dan ekosistem bisnis dari asuransi. Ia memandang perasuransian adalah sektor yang penting sebagai bagian dari sendi kehidupan masyarakat untuk mengelola risiko.
“Dengan memungut premi, perusahaan asuransi memberikan perlindungan kepada pemegang polis dari berbagai risiko kerugian finansial. Jangan rajin collect preminya saja, giliran masyarakat mau klaim mereka lari,” kata Jonan.
Mantan Menteri Perhubungan ini juga berharap agar kasus-kasus gagal bayar oleh perusahaan asuransi tidak terulang kembali. Kepercayaan dan reputasi sangat penting karena asuransi sendiri adalah bentuk keamanan yang didasarkan pada kerja sama antara perusahaan asuransi dan pemegang polis.
Sejalan dengan hal tersebut dapat dilihat bahwa sisi kinerja industri asuransi secara agregat, berdasarkan statistik OJK pendapatan premi menunjukkan peningkatan pada periode Agustus 2024 dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya.
Pendapatan premi asuransi meningkat menjadi Rp376,9 triliun pada Agustus 2024, naik bila dibandingkan dengan posisi Rp360,6 triliun pada Agustus 2023. Di sisi lain, RBC industri asuransi masih memenuhi batas ketentuan RBC yaitu minimal 120 persen. Industri Asuransi Umum masih terjaga di 325,62 persen pada April 2024, sementara industri Asuransi Jiwa di 431,43 persen pada Juni 2024.
Untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, DAI dan seluruh asosiasi asuransi juga menyelenggarakan kegiatan literasi di 17 kota mulai dari Bali, Sumatera Barat hingga Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini dilakukan mulai 8 Oktober 2024 hingga 24 Oktober 2024.