Jakarta, FORTUNE – Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Mei 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tecermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2023 yang mencapai 128,3, lebih tinggi dibandingkan dengan 126,1 pada April 2023.
“Menguatnya keyakinan konsumen pada Mei 2023 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin (12/6).
Indeks ketersediaan lapangan kerja meningkat
IKE tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks pembelian barang tahan lama. IKE pada Mei 2023 mencapai 118,9, lebih tinggi dibandingkan 116,6 pada April 2023.
Menguatnya IKE Mei 2023 didorong oleh meningkatnya seluruh komponen pembentuknya, tertinggi pada indeks ketersediaan lapangan kerja yang meningkat 3,0 poin menjadi 121,1 pada Mei 2023.
Dari tiga komponen IKE, persepsi responden terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini terindikasi meningkat paling tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks tercatat optimistis pada seluruh kategori pendidikan, kecuali pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan pasca sarjana.
8,8% dari pendapatan konsumen digunakan untuk bayar cicilan
IEK juga tercatat meningkat terutama pada indeks ekspektasi kegiatan usaha. BI mencatat, IEK pada Mei 2023 sebesar 137,8, lebih tinggi dari 135,5 pada April 2023. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan yang menguat terutama ditopang oleh meningkatnya ekspektasi terhadap kegiatan usaha dan ketersediaan lapangan kerja masing-masing mencapai 139,9 dan 136,6.
Di sisi lain, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) pada Mei 2023 mencapai 75,4 persen. Proporsi tersebut relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 75,2 persen.
Dari konsumsi tersebut, rata-rata proporsi untuk pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) mencapai 8,8 persen. Sementara itu, proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) mencapai 15,7 persen.